naturindofresh

KEPEL

Nama Latin Stelechocarpus Burahol Taksonomi ·  Kerajaan : Plantae ·  Divisi : Tracheophyta ·  Kelas : Magnoliopsida ·  Suku : Annonaceae ·  Marga : Stelechocarpus ·  Spesies : Stelechocarpus burahol  Definisi Tanaman kepel merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia, namun tersebar hingga kepulauan Solomon bahkan Australia. Di Indonesia tanaman ini banyak di temukan di daerah jawa seperti di kawasan Keraton Yogayakarta, Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Purwodadi, Taman Mini Indonesia Indah, dan Taman Kiai Langgeng Magelang. Hal ini menunjukkan bahwa daerah Jawa merupakan daerah pusat keragaman dan memungkinkan daerah asal tanaman ini (Angio & Firdiana 2021). Di daerah Kabupaten Kediri sendiri, tanaman kepel ini termasuk keadalam tanaman langka karena sudah jarang di temui oleh warga sekitar. Kepel merupakan salah satu tanaman anggota suku annocecae yang memiliki habitus pohon dengan tinggi mencapai 6 – 20 meter, batang lurus berwarna coklat tua dengan permukaan yang tidak rata karena terdapat benjolan benjolan bekas bunga dan buah, diameter mencapai 50 cm pada usia pohon dewasa (Angio & Firdiana 2021). Kandungan Tanaman kepel (Stelechocarpus burahol) diketahui memiliki profil fitokimia yang kaya. Analisis fitokimia menunjukkan bahwa bagian buah dan daun kepel mengandung beberapa kelompok metabolit sekunder penting, yaitu fenolik, flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid. Senyawa fenolik dan flavonoid ditemukan dalam kadar yang signifikan dan merupakan komponen dominan dari ekstrak kepel. Selain itu, hasil uji fraksinasi menunjukkan keberadaan tanin serta saponin, yang mendukung karakter fitokimia tanaman ini. Senyawa alkaloid juga terdeteksi pada buah kepel, sehingga mengonfirmasi bahwa S. burahol memiliki komposisi kimia yang kompleks dan tergolong kaya metabolit aktif alami. Cara Pengolahan Masyarakat secara umum memahami bahwa bagian tanaman kepel yang dimanfaakan adalah bagian buahnya yang kemudian diyakini dapat membuat harum nafas dan bau keringat. Selain itu juga dapat mengarumkan air seni. Dilanjutkan dengan menjelaskan manfaat lain dari jenis buah kepel ini dari banyak kandungan yang sudah dikaji baik kandungan dalam buah maupun kandungan dalam daunnya, yaitu dapat menurunkan kadar asam urat, menurunkan kadar kolesterol, dapat meluruhkan air kencing, mencegah radang ginjal sebagai sumber antioksidan, maupun sebagai pencegah kanker (anti mutagenesis) dan (anti carcinogenesis) serta mencegah kehamilan (kontrasepsi). Selain itu, kepel juga digunakan sebagai tanaman pelindung dan tanaman hias karena bentuk buahnya yang menarik (Fiani& Yuliah 2018). Daftar Pustaka Amin, A., Radji, M., Mun’im, A., Rahardjo, A., & Suryadi, H. (2017). Halitosis activity against volatile sulfur compound of methyl mercaptan component from burahol fruit extract. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. Angio, Melisnawati H, and Elok Rifqi Firdiana. 2021. “Kepel (Stelechocarpus Burahol (Blume) Hook & Thompson), Buah Langka Khas Keraton Yogyakrta: Sebuah Koleksi Kebun Raya Purwodadi.” Warta Kebun Raya 19(2): 7–13. Fiani, A., dan Yuliah. 2018. “Pertumbuhan Kepel (Stelechocarpus Burahol (Blume) Hook & Thomson) Dari Dua Populasi Di Mangunan, Bantul.” Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek III: 301–6. Herlina, N., Riyanto, S., Martono, S., & Rohman, A. (2018). Antioxidant activities, phenolic and flavonoid contents of Stelechocarpus burahol fruit extracts. Dhaka University Journal of Pharmaceutical Sciences Pribadi, P., Latifah, E., & Rohmayanti. (2014). Pemanfaatan perasan buah kepel sebagai antiseptik luka. Pharmaciana. Shadrina, A. N., Widyanengsih, E., Eiko, N. B., Putri, N. A., Sulastri, N., Dzulfiana, N., Rajebi, O., & Sulvita, W. 2022 “Analisis fitokimia dan aktivitas farmakologi tanaman kepel (Stelechocarpus burahol) terhadap beberapa penyakit: Review”. Jurnal Buana Farma, 2(3), 14–21.

KEPEL Read More »

WALI SONGO (Schefflera arboricola)

Nama Latin Schefflera arboricola. Taksonomi Kingdom       : Plantae Super divisi   : Angiospermae Divisi            : Spermatophyta Kelas             : Dicotyledoneae Ordo              : Apiales Famili : Araliaceae Definisi Umum Tanaman walisongo mempunyai daun yang tumbuh berbentuk jari tangan pada batang utama. Daun tebal berwarna hijau mengkialap atau varigata. Bentuk daun ada yang bergelombang, ramping, lonjong, runcing atau menyerupai daun ubi kayu. Cirri khas tanaman walisongo yaitu jumlah daunnya yang banyak dan membentuk bulatan selayaknya tapak jari. Batang meliuk dan tidak lurus karena didukung oleh beberapa batang yang lain sehingga membentuk kombinasi perpaduan beberapa batang yang berbentuk rumpun. Kandungan Golongan Senyawa Kandungan Spesifik Khasiat / Aktivitas Biologis Flavonoid quercetin, kaempferol, rutin antioksidan, antiinflamasi, antimikroba Saponin saponin triterpenoid menurunkan kolesterol, meningkatkan daya tahan tubuh Tanin tanin polifenolik antibakteri, antiradang, penyembuhan luka Steroid dan triterpenoid β-sitosterol, lupeol antiinflamasi, antikanker Alkaloid belum banyak diidentifikasi, namun ada jejak alkaloid analgesik ringan, antimikroba Minyak atsiri (volatile compounds) seskuiterpen, aldehida aromatic memberikan aroma khas dan efek antiseptik alami Khasiat Meningkatkan stamina, menetralisir racun atau polusi udara, hingga mengatasi luka bakar. Cara Pengolahan DAFTAR PUSTAKA Backer CA and Bakhuinzen van den Brink, 1968. Flora ofJava (Spermathophytes Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia X). Puslitbang Farmasi. Departemen Kesehatan RI. Lin TS dan Yin HW, 1995. Effect of Litsea cubeba press oils on the control of Materia Medika Indonesia, vol. 2, 1978. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Mayun, Ida Ayu. 2015. Indentifikasi Tanaman Lanskap pada Kampus Universitas Udayana Jalan Sudirman Denpasar. Denpasar : Udayana Muslikhati, 1995. Penapisan Aktivitas Minyak Atsiri Tiga Jenis Tanaman only). Vol II!. Wolters-Noordhoff NV-Groningen, The Netherlands. Suku Lauraceae terhadap Mikroba. Dalam Penelitian Tanaman Obat di termite Coptotermes formosan us Shiraki. Taiwan For. Res. Inst. New Series. 10: 5963. Vademekum Bahan Obat Alam. 1989. Departemen Kesehatan Rl, Jakarta.

WALI SONGO (Schefflera arboricola) Read More »

Daun Cakar Ayam (Selagiriella doederleinii Hieron)

Nama Latin Selagiriella doederleinii Hieron Taksonomi Kerajaan: Plantae Subkerajaan: Trachaeophyta Superdivisi: Pteridophyta Divisi: Lycopodiophyta Kelas: Lycopodiopsida Ordo: Selaginellales Famili: Selaginellaceae Genus: Selaginella Spesies: Selaginella doederlein Definisi Cakar ayam, dikenal dapat membersihkan getih, antipiretik (menurunkan panas), antiracun, antikanker, dan nemostatik (menghentikan pendarahan), dan anti bengkak. Bagian tanaman yang digunakan itu adalah seluruh tanamannya, dalam keadaan segar atau kering. Tumbuhan ini termasuk dalam habitus terna, merayap, dan sedikit tegak. Daunnya kecil-kecil berbentuk jorong, ujung meruncing, pangkal rata, warna daun bagian atas hijau tua dan bagian bawah hijau muda. Daun tersusun di kiri kanan batang induk sampai ke percabangannya yang menyerupai cakar ayam dengan sisik-sisiknya. Batangnya bulat dan bercabang-cabang menggarpu tanpa pertumbuhan sekunder dan warna putih kecoklatan. Memiliki sporangium yang tereduksi di ketiak daun dan berwarna putih. Tumbuhan cakar ayam ini memiliki akar serabut berwarna coklat kehitaman. Kandungan Alkaloid, saponin, pitosterol, fenilpropanon, flavonoid, glikosida, hieron, lignans, fenilpropanon, myristic acid, beta citronellol, palmitic acid, emodin, apigenin, ferulic acid, syringate, amentoflavone. Khasiat Antipiretik (penurun panas), antioksidan, antitumor, antikanker, antibakteri, antivirus, hemostatik (menghentikan pendarahan), antioedem (anti bengkak), pembersih darah, dan stomakikum (Ngibad, 2018; Kusumastuti, 2012) . Manfaat lain dari Tumbuhan bisa mengatasi batuk, infeksi saluran pernapasan, radang paru, hepatitis, diare, keputihan, dan tulang patah. Cara pengolahan Cara pengolahan menjadi jamu Pertama-tama, siapkan 15-30 gram tumbuhan Cakar Ayam yang telah dikeringkan (untuk pengobatan kanker sebanyak 50-100 gram). Setelah itu, rebus Cakar Ayam kering ke dalam lima gelas air dengan api kecil selama 3-4 jam. Setelah mendidih, tunggu jamu hingga dingin. Setelah dingin, minum jamu tersebut 2 kali dalam sehari. Daftar Pustaka Biodiversity Warriors. (2021). Mengenal Selaginella doederleinii Hieron, Tumbuhan Obat yang Melimpah di Kawasan Turgo. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta. (2024). Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron) sebagai Tanaman Obat Tradisional. Kusumastuti, E. (2012). Kajian Fitokimia dan Aktivitas Farmakologis Tanaman Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Ngibad, K. (2018). Potensi Tumbuhan Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron) sebagai Obat Tradisional dan Sumber Antioksidan Alami. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Wikipedia Bahasa Indonesia. (2024). Cakar ayam (tanaman).

Daun Cakar Ayam (Selagiriella doederleinii Hieron) Read More »

Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)

Nama latin Clitoria ternatea L. Taksonomi Kerajaan         :Plantae Sub kerajaan       :Tracheobionta Super Divisi        :Spermatophyta Divisi             :Magnoliophyta Kelas              :Magnoliopsida Sub kelas            :Rosidae Bangsa           :Fabales Keluarga         :Fabaceae Genus             :Clitoria Species           :Clitoria ternatea L (Hartono, 2018 dalam Handito, 2023) Definisi umum Clitoria ternatea L., yang dikenal sebagai bunga telang, merupakan tanaman herba tahunan dari famili Fabaceae yang tumbuh subur di daerah beriklim tropis serta menunjukkan ketahanan yang baik terhadap gangguan lingkungan (Yusuf et al., 2025). Tanaman ini menghasilkan bunga berbentuk kupu-kupu yang bersifat zigomorfik dan memiliki lima bagian (pentamerous), dengan kelopak berbentuk tabung yang terdiri atas lima sepal yang menyatu sekitar dua pertiga dari panjangnya (Oguis et al., 2019). Selain itu, bunga telang dikenal memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dan umumnya tumbuh di pekarangan rumah, hutan, maupun pinggiran kebun (Sumartini et al., 2020). Tidak hanya itu, Clitoria ternatea L. juga banyak dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional Ayurveda serta memiliki aplikasi luas di bidang kuliner (Ashraf et al., 2023; Maneechot et al., 2023). Kandungan bioaktif dalam ekstrak bunga telang meliputi senyawa flavonoid berupa antosianin, asam fenolat, flavon, flavonol glikosida, dan flavanol, serta berbagai senyawa terpenoid, alkaloid, dan peptida berupa siklotida (Marpaung, 2020). Khasiat Ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea L.) diketahui memiliki berbagai potensi dan manfaat yang luas. Handito et al. (2022) menyatakan bahwa ekstrak bunga telang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami lokal sekaligus sumber antioksidan alami yang dapat ditambahkan pada berbagai produk pangan. Sejalan dengan itu, Andriani dan Murtisiwi (2020) melaporkan bahwa ekstrak bunga telang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat, yaitu sebesar 41,36 μg/mL. Selain aktivitas antioksidan, Purba (2020) juga menyebutkan bahwa bunga telang memiliki potensi farmakologis lain seperti antimikroba, antidepresan, antelmintik, antikanker, dan antidiabetes. Selanjutnya, Pratiwi et al. (2020) menjelaskan bahwa aktivitas tanin pada ekstrak bunga telang dapat memberikan efek nefroprotektif terhadap paparan bahan toksik dengan cara mencegah peroksidasi lipid dan menekan pembentukan reactive oxygen species (ROS) yang dapat menyebabkan kematian sel. Selain itu, Ab Rashid et al. (2021) melaporkan bahwa mikrokapsul antosianin dari bunga telang juga memiliki aktivitas antibakteri. Hal ini didukung oleh Yurisna et al. (2022) yang menyebutkan bahwa kandungan flavonoid, antosianin, tanin, flavon, flavanol, asam fenolat, dan alkaloid dalam bunga telang berpotensi dimanfaatkan sebagai antibakteri pada produk pangan. Cara pengolahan Cara pengolahan bunga telang menjadi teh dilakukan melalui beberapa tahap. Bunga telang yang telah dipanen dicuci hingga bersih, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan oven pada suhu 60°C hingga benar-benar kering. Setelah itu, bunga kering dihaluskan hingga menjadi serbuk simplisia, lalu dikemas dan disegel sebagai teh bunga telang (Widjajanti et al., 2023). Herlina et al. (2023) menjelaskan bahwa pengolahan bunga telang dapat dilakukan menjadi berbagai bentuk minuman seperti sirup, teh, dan air seduhan yang dapat langsung dikonsumsi. Proses penyeduhan pada suhu tertentu berpengaruh terhadap kandungan antosianin yang berperan sebagai antioksidan dalam minuman tersebut. Sementara itu, ekstrak bunga telang juga dapat dicampurkan dengan berbagai bahan pangan lainnya. Ekstrak ini memiliki ketahanan terhadap proses pemanasan seperti pasteurisasi, sehingga berpotensi digunakan sebagai pewarna alami sekaligus penambah aktivitas antioksidan dalam produk pangan (Kurniadi et al., 2024). Referensi Ab Rashid, S., Tong, W. Y., Leong, C. R., Abdul Ghazali, N. M., Taher, M. A., Ahmad, N., … Teo, S. H. (2021). Anthocyanin Microcapsule from Clitoria ternatea: Potential Bio-preservative and Blue Colorant for Baked Food Products. Arabian Journal for Science and Engineering, 46(1), 65–72. https://doi.org/10.1007/s13369-020-04716-y Andriani, D., & Murtisiwi, L. (2020). Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70 % bunga telang (Clitoria ternatea L.) dari daerah Sleman dengan metode DPPH. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 17(1), 70–76. https://doi.org/10.23917/pharmacon.v17i1.9321 Ashraf, K., Adlin, N. F., Basri, A. N., Ahmad, W., & Sultan, S. (2023). The traditional uses, phytochemistry, and pharmacological effects of Clitoria ternatea: A review. Indian Journal of Pharmaceutical Education and Research, 58(1), 1–14. https://doi.org/10.5530/ijper.58.1.1 Handito, D., Basuki, E., Saloko, S., Dwikasari, L. G., & Triani, E. (2022). Analisis komposisi bunga telang (Clitoria ternatea) sebagai antioksidan alami pada produk pangan. Prosiding SAINTEK, 4, 64-70. LPPM Universitas Mataram. E-ISSN: 2774-8057. https://eprints.unram.ac.id/40868/1/B50.pdf Handito, R., & Pratiwi, N. (2023). Klasifikasi dan potensi bunga telang (Clitoria ternatea L.) sebagai tanaman obat. Jurnal Biologi Tropika, 10(2), 45–52. Herlina, H., Jannah, S., Mulyani, E., & Sembiring, M. (2023). Analisa antosianin pada minuman olahan bunga telang (Clitoria ternatea L.) dengan metode pH differensial. Parapemikir: Jurnal Ilmiah Farmasi, 12(2), 1–10. p-ISSN 2089-5313 | e-ISSN 2549-5062. Retrieved from https://ejournal.poltekharber.ac.id/index.php/parapemikir/article/download/5138/pdf_135 Kurniadi, A., Sartika, D., Herdiana, N., & Susilawati. (2024). Kajian formulasi ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) terhadap aktivitas antioksidan pada minuman fungsional. Jurnal Agroindustri Maneechot, O., Hahor, W., Thongprajukaew, K., Nuntapong, N., & Bubaka, S. (2023). A natural blue colorant from butterfly pea (Clitoria ternatea) petals for traditional rice cooking. Journal of Food Science and Technology, 60(8), 2255–2264. https://doi.org/10.1007/s13197-023-05752-w Marpaung, A. M. (2020). Tinjauan manfaat bunga telang (Clitoria ternatea L.) bagi kesehatan manusia. Journal of Functional Food and Nutraceutical, 1(2), 63–85. https://doi.org/10.33555/jffn.v1i2.30 Oguis, G. K., Gilding, E. K., Jackson, M. A., & Craik, D. J. (2019). Butterfly Pea (Clitoria ternatea), a cyclotide-bearing plant with applications in agriculture and medicine. Frontiers in Plant Science, 10, 645. https://doi.org/10.3389/fpls.2019.00645 Pratiwi, E. R., Rahmandani, S. O. A., Ibrahim, A. R., & Isbandiyah, I. (2020). Potensi Ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternatea) Sebagai Pencegah Acute Kidney Injury (AKI). CoMPHI Journal: Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal, 1(2), 92–100. https://doi.org/10.37148/comphijournal.v1i2.16 Purba, E. C. (2020). Kembang telang (Clitoria ternatea L.): Pemanfaatan dan bioaktivitas. EduMatSains, 4(2), 111–124. https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/santimas/article/download/3244/2231/11942?utm_source=chatgpt.com Sumartini, Y., Ikrawan, Y., & Muntaha, F. M. (2020). Analisis bunga telang (Clitoria ternatea) dengan variasi pH metode Liquid Chromatograph-Tandem Mass Spectrometry (LC-MS/MS). Pasundan Food Technology Journal, 7(2), 70. Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan. E-ISSN: 2615-1405. https://doi.org/10.23969/pftj.v7i2.2983 Yurisna, V. C., Nabila, F. S., Radhityaningtyas, D., & Listyaningrum, F. (2022). Potensi bunga telang (Clitoria ternatea L.) sebagai antibakteri pada produk pangan. JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI), 7(1), 68-77. https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i1.5738 Yusuf, A. F.,

Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Read More »

DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)

 Nama Latin Annona muricata Taksonomi Kingdom : Plantae Devisi : Angiospermae Kelas : Magnoliophyta Ordo : Magnoliales Famili : Annonaceae Genus : Annona Spesies : Anona muricata L. Definis Umum Annona muricata atau yang biasa dikenal sebagai tanaman sirsak merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur di indonedia dan termasuk kedalam tanaman tahunan. Tanaman ini merupakan tanaman yang tersebar didaerah tropis dan subtropis (Qomaliyah, 2022). Tanaman sirsak memiliki tinggi pohon sekitar 5-8 meter, batang kayunya berwarna coklat dan bercabang. Daun sirsak berbentuk lanset dengan ujung runcing, tepi daunnya rata, berwarna hijau dan bagian atasnya mengkilap dan bagian bawah daunnya kasar. Bunga tanaman sirsak terletak tunggal dibatang kayu dan memiliki warna kuning keputihan. Buahnya berukuran sedang sampai besar, dengan permukaan yang bertekstur dan berwarna hijau jika belum matang dan hijau kekuningan jika buah sudah matang. Sedangkan daging buahnya berwarna putih, berserat, memiliki banyak kandungan air dan memiliki biji yang keras berawarna hitam (Rasyidah. et al., 2022). Selain daging buahnya yang dapat dikonsumsi secara langsung, daun sirsak juga dapat digunakan sebagai bahan pegebotan. Beberapa daerah di indonesia menggunakan daun sirsak untuk mengobati penyakit diabetes dan sebagai pengobatan kanker (Qomaliyah, 2022). Penggunaan tanaman sirsak sebagai bahan obat saat ini sudah mulai sering digunakan oleh masyarakat luas. Penelitian mengenai pemanfaatan kandungan tanaman sirsak juga sudah mulai banyak dilakukan. Melalui beberapa metode analisis fitokimia, ekstrak tanaman sirsak diidentifikasi memiliki banyak kandungan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif dari penyembuhan suatu penyakit. Kandungan Kandungan senyawa metabolit sekunder dari daun sirsak yang memiliki potensi bioaktivitas yaitu acetogenin, sedangkan senyawa lainnya seperti alkaloid, fenol, flavonoid, terpenoid dan steroid (Tiara. et al., 2025). Khasiat Khasiat dari tanaman sirsak terutama daunnya dapat digunakan sebagai bahan pengobatan untuk hipertensi, diabetes, kanker serta batuk. Salah satu khasiat yang paling besar diidentifikasi yaitu melalu aktivitas antioksidannya, dimana aktivitas antioksidan dapat menghambat radikal bebas yang dapat memicu perkembangan penyekait degenaratif seperti kanker, penyakit kardiovaskuler, alzheimer, dan diabetes (Rasyidah. et al., 2022). Kandugan acetogenin dari daun sirsak berpotensi sebagai antikanker (Silalahi, 2020) dan dibuktikan dari hasil beberapa penelitian bahwasanya kandungan tersebut dapat menghambat secara signifikan dari invasi sel kanker pada usus besar dan mempu menurunkan ukuran prostat pada sel kanker prostat (Qomaliyah, 2022). Khasiat lainnya yang dilaporkan yaitu efektif menurunkan kadar gula darah dengan mekanisme menghambat enzim e-amylase dan a-glukosidase, serta meningkatkan aktivitas glukokinase sehingga dapat mengontrol kadar glukosa darah (Ayuningtiyas, et al., 2022). Cara Pengolahan Pengggunaan daun sirsak sebagai bahan pengobatan dalam kalangan masyarakat tentunya harus diolah atau dibuat dengan cara yang praktis dan efisien. Adapun cara pengolahannya yaitu dapat melalui perebusan dengan menggunakan metode infusa, berikut merupakan cara pengolahannya (Nikeherpianto, et al., 2025) : a.       Didihkan 5 gelas air (ukuran gelas belimbing). b.      Masukkan 7-10 lembar daun sirsak dalam keadaan bersih. c.  Tunggu selama kurang lebih 15 menit. Pastikan menggunakan alat yang berbahan tanah liat, stainless steel, ataupun kaca. Hindari menggunakan alat yang berbahan dari aluminium, besi, tembaga ataupun kuningan. d.      Daiamkan hingga hangat. e.       Saring dan bagi menjadi 2 gelas. f.        Minum sehari 2 kali sebanyak 1 gelas sesudah makan. DAFTAR PUSTAKA Ayuningtiyas, RR., et al. (2022). Efektivitas Pemberian Air Rebusan Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Terhadap Kadar Glukosa Darah pada Populasi Sehat. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 4 (2), 475. https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/view/917 Nikeherpianti, L., et al. (2025). Pemberdayaan Masyarakat Desa Rambu Kongga Melalui Pemanfaatan Rebusan Daun Sirsak untuk Pengendalian Hipertensi. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 8 (2). https://journal.matappa.ac.id/index.php/matappa/article/view/4262 Tiara, NP., et al. (2025). Analisis Ekstrak Metanol Daun Sirsak (Annona Muricata Linn.) Terhadap Sel Kanker Prostat. Jurnal Ilmu Tanaman, Sains dan Teknologi Pertanian. 2 (1), 118-129. https://journal.asritani.or.id/index.php/Mikroba/article/view/255. Rasyidah., et al. (2019). Studi Etnobotani dan Aktivitas Farmakologi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.). KLOROFIL. 3 (2), 10-14. https://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/klorofil/article/view/7825 Qomaliyah, EN. (2022). Farmakologi dan Potensi Bioaktivitas Daun dan Buah Sirsak (Annona muricata). BIOCITY Jourbal of Pharmacy Biocience and Clinical Community. 1 (1), 39-58. https://journal.universitasbumigora.ac.id/index.php/biocity/article/view/2488

DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) Read More »

Bengle (Zingiber montanum (J.Koenig) Link ex A.Dietr.)

Nama Latin Zingiber montanum (J.Koenig) Link ex A.Dietr. Taksonomi Kingdom           : Plantae Subkingdom      : Viridiplantae Infrakingdom    : Streptophyta Superdivisi        : Embryophyta Divisi             : Tracheophyta Subdivisi           : Spermatophytina Kelas             : Magnoliopsida Subordo         : Lilianae Ordo              : Zingiberales Famili            : Zingiberaceae Genus            : Zingiber Spesies          : Zingiber montanum (J.Koenig) Link ex A.Dietr. Definisi Umum Bengle (Zingiber montanum) merupakan tumbuhan herba, dengan tinggi 43 cm dan memiliki akar serabut. Batang berbentuk bulat (teres), diameter 1 cm, panjang ruas 40 cm, berwarna hijau, permukaan batang licin (leavis), tegak ke arah atas, dan percabangan simpodial. Daun berupa helaian saja, panjang 17 cm, lebar helaian 4 cm, bangun lanset (lanceolatus), pangkal runcing, tepi rata (truncates), dan ujung meruncing (acutus), permukaan licin (leavis), tipe tunggal, warna hijau pucat sampai gelap, berambut halus, jarang, dan pertulangan menyirip. Rimpang bercabang-cabang, aroma kuat, bertunas, warna kulit kuning, warna belahan daging kuning (Sasmaini, 2024). Kandungan Rimpang bengle (Zingiber cassumunar) merupakan tanaman dengan kandungan minyak atsiri, flavonoid dan kurkumin yang berkhasiat sebagai obat tradisional dan memiliki aktivitas antioksidan. Dikenal sebagai kurkuminoid, rimpang bengle mengandung minyak atsiri, saponin, tannin, triterpenoid, vitamin E, vitamin C, β-karoten, flavonoid, dan polifenol dengan sifat antioksidan. Konsentrasi optimal dari minyak atsiri rimpang bangle (Zingiber montanum) terbukti dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans adalah 50%. Implikasi penelitian adalah minyak atsiri rimpang bengle (Zingiber montanum) dapat direkomendasikan sebagai bahan alternatif antijamur dalam bidang kedokteran gigi (Rosadi et al., 2024). Rimpang bengle (Zingiber montanum) mengandung senyawa metabolit sekunder fenolik dan flavonoid, yang diperkirakan memiliki aktivitas penangkal radikal bebas atau tabir surya (Lailiyah et al., 2024). Cara pengolahan Untuk cara pengolahan tumbuhan suku Zingiberaceae yang paling umum dilakukan yaitu direbus dan diparut, sedangkan untuk cara pengolahan yang paling sedikit yaitu dibakar. Untuk cara pengolahan direbus ada 6 spesies tumbuhan yaitu bengle, jahe merah, kencur, kunyit, lengkuas merah dan temulawak, untuk cara diparut ada 5 spesies yaitu bengle, kencur, kunyit, lengkuas merah dan temulawak dan untuk cara pengolahan dibakar ada 1 spesies yaitu jahe merah merah. Bengle (Zingiber montanum) dapat dimanfaatkan menjadi beberapa macam olahan, antara lain: 1. Diolah menjadi minuman perpaduan antara dringo, bengle, jahe, kunyit, kencur, temulawak secukupnya, bersihkan lalu dikupas dan diiris kecil-kecil, kemudian direbus dan tambahkan asam jawa, gula merah, garam, merica bolong, madu dan air perasan jeruk nipis (Hastiana et al., 2023). Penelitian Rahmawati et al. (2021) melaporkan bahwa pengolahan tumbuhan paling sering digunakan adalah dengan cara direbus karena akan membunuh bakteri yang melekat pada tumbuhan tersebut. Proses pengolahan tumbuhan obat dengan cara direbus bertujuan untuk melarutkan zat aktif ke dalam air (Leksikowati et al., 2020). 2.      Rimpang bengle (Zingiber montanum) dihaluskan, lalu disaring dan ditambahkan madu bermanfaat untuk mengobati demam (Nopiyanti, 2025). 3.      Rimpang bengle (Zingiber montanum) dirajang (ukuran sedang), direbus, kemudian ditambahkan daun sirih bermanfaat untuk obat cacingan (Nopiyanti, 2025). 4.      Rimpang bengle (Zingiber montanum) dipercaya memiliki kemampuan spiritual untuk melindungi  bayi  dan  ibu hamil  dari  gangguan  makhluk  halus,  karena memiliki   aroma   menyengat yang diyakini dapat  mengusir  makhluk  gaib dan aura negatif. Rimpang ini dihaluskan dengan bawang putih kemudian dibalurkan di kening, punggung, dan telapak kaki bayi (Nopiyanti, 2025). Daftar Pustaka Han, A.-R., Kim, H., Piao, D., Jung, C.-H., Dan Seo, E.K., 2021. Phytochemicals andBioactivities Of Zingiber Cassumunar Roxb. Molecules, 26: 2377. https://doi.org/10.3390/molecules26082377 Hastiana, Y., Nawawi, S., Azizah, S., Biologi, P., Palembang, U. M., & Obat, T. (2023). Pemanfaatan Tumbuhan Suku Zingiberaceae di Desa Sidorejo Kecamatan Muara Padang Kabupaten Banyuasin. Journal of Biology Education, Science, and Technology, 6(1), 288-294. https://doi.org/10.14421/biomedich.2024.131.73-82 Integrated Taxonomic Information System (ITIS). (2025). Integrated Taxonomic Information System: Zingiber montanum. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2025 pada https://www.itis.gov/ Lailiyah, M., Saputra, S. A., & Aryantini, D. (2024). Uji Aktifitas Antioksidan, flavonoid Total dan Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Bangle (Zingiber cassumunar). Indonesian Journal of Pharmaceutical Education, 4(3). https://doi.org/10.37311/ijpe.v4i3.28181 Leksikowati, S. S., Oktaviani, I., Ariyanti, Y., Akhmad, A. D., & Rahayu, Y. (2020). Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Lokal Suku Lampung Di Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Biologica Samudra, 2(1), 35–53. https://doi.org/10.33059/jbs.v2i1.2297 Nopiyanti, T., Santhyami, S., Noli, Z. A., & Idris, M. (2025). Tanaman Obat Tradisional Dusun Dlingo Kecamatan Geyer Grobogan, Jawa Tengah. Jurnal Biosilampari: Jurnal Biologi, 7(2), 115-126. https://doi.org/10.62112/biosilampari.v7i2.173 Rahmawati, F. N., Harmida, & Aminasih, N. (2021). Pemanfaatan Tumbuhan Obat Zingiberaceae Pada Suku Rawas Di Desa Jajaran Baru I Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas. Sribios, 2(1), 23–28. https://doi.org/10.24233/SRIBIOS.2.1.2021.212 Rosadi, F. I., Imran, I., Nadya, P. C., Abdillah, I., & Elliana, M. (2024). Uji efektivitas minyak atsiri rimpang bangle (Zingiber montanum) terhadap pertumbuhan Candida albicans: eksperimental murni. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 36(1), 57-64. https://doi.org/10.24198/jkg.v36i1.52295  Sasmaini, D., Lestari, W., Hapida, Y., & Nurokhman, A. (2024). Identification of the Zingiberaceae Family in Banuayu Village, South Kikim District, Lahat Regency, South Sumatra. Jurnal Biologi Tropis, 24(2), 664-674. https://doi.org/10.29303/jbt.v24i2.6844

Bengle (Zingiber montanum (J.Koenig) Link ex A.Dietr.) Read More »

SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav)

Nama Latin Piper crocatum Ruiz & Pav Taksonomi Kerajaan: Plantae Subkingdom: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Superdivisi: Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Divis:i Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (dikotil) Subclass: Magnoliidae Ordo: Piperales Famili: Piperaceae Genus: Piper Spesies: Piper crocatum. Definisi Umum Sirih merah merupakan tanaman asli Peru , kemudian menyebar ke beberapa wilayah di dunia, termasuk Indonesia. Sirih merah merupakan tanaman semak, batang bersulur dan beruas, dengan jarak buku antara 5-10 cm, dan pada setiap buku tumbuh bakal akar. Daun bertangkai, berbentuk ellips, acuminatus, sub acut pada basalnya dengan bagian atas meruncing, tepi rata, mengkilap atau tidak berbulu. Panjang-nya 9-12 cm dan lebarnya 4-5 cm. Urat daun pinnatus dari separuh bagian bawah, urat daunnya 4-5 x 2, bullulatus-lacunosa. Petiolus, panjang 10 mm, spike panjang 90-110 mm, tebal 5 mm. Daun bagian atas berwarna hijau tua, dengan daerah sekitar tulang daun keperakan, dan bagian bawah berwarna ungu. Daun berlendir, terasa pahit dengan bau kurang spesifik. Khasiat Daun sirih merah mengandung senyawa bioaktif berupa flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, steroid/terpenoid, antrakuinon dan fenol (Maslikah et al., 2019). Flavonoid berperan dalam anti inflamasi melalui penghambatan permeabilitas kapiler dan melakukan metabolisme asam arakidonat, serta sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel endothelial. Potensi antiinflamasi juga terdapat pada senyawa saponin melalui penghambat pembentukan eksudat dan meningkatkan permeabilitas vascular (Fitriyani et al., 2011). Senyawa golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antiinflamasi salah satunya adalah Brazilin. Brazilin merupakan senyawa heterosiklik organik yang memiliki potensi proapotosis dan antiinflamasi. Cara Pengolahan Pilih daun sirih merah yang segar, tidak rusak, berwarna hijau keunguan. Cuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan debu dan kotoran. Rebus 3-5 lembar daun dalam kurang lebih 500 mL air bersih. Didihkan selama 10-15 menit hingga air tersisa setengahnya. Saring dan biarkan hangat. Minum 1-2 kali sehari Daftar Pustaka Fitriyani, A., Winarti, L., Muslichah, S., and Nuri. (2011). Uji Antiinflamasi Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada Tikus Putih. Majalah Obat Tradisional, 16(1), 34–42 Maslikah, S. I., Amalia, A., and Afifah, S. (2019). Red betel apigenin compound (Piper crocatum Ruiz Pav.) as an anti-inflammatory rheumatoid arthritis agent through virtual screening. AIP Conference Proceedings, 080003. https://doi.org/10.1063/1.5115741

SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) Read More »

TEBU (Saccharum Officinarium Linn)

Nama Latin Saccharum Officinarium Linn. Toksonomi Kingdom         : Plantae Divisi               : Tracheophyta Kelas               : Liliopsida Ordo                : Poales Famili              : Poaceae Genus : Saccharum Spesies : Saccharum Officinarium Linn Definisi Umum Tebu (Saccharum officinarum Linn) merupakan tanaman dari keluarga rumput-rumputan (Poaceae) yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia (Atmojo et al., 2024). Tanaman ini terutama dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula karena mengandung sukrosa dalam jumlah tinggi (Ridwan et al., 2022). Tebu memiliki batang yang tebal, beruas, dan mengandung cairan manis yang dapat langsung dikonsumsi (Rosales et al., 2024). Khasiat Tebu (Saccharum officinarum Linn) memiliki berbagai khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, terutama dari airnya yang kaya akan senyawa bioaktif. Air tebu mengandung senyawa antioksidan seperti flavonoid, polifenol, dan asam fenolat yang berperan penting dalam menangkal radikal bebas dalam tubuh (Rosales & Bautista, 2024). Antioksidan ini membantu mengurangi risiko penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung, serta memperkuat sistem imun. Salah satu manfaat penting dari ekstrak tebu adalah kemampuannya dalam menurunkan kadar kolesterol. Penelitian yang dilakukan oleh Rosales dan Bautista (2024) pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak daun tebu yang matang mampu menurunkan kadar kolesterol total dan LDL secara signifikan, sekaligus meningkatkan kolesterol baik (HDL). Air tebu juga memiliki sifat diuretik alami, yang artinya dapat membantu memperlancar buang air kecil, sehingga mendukung fungsi ginjal dan proses detoksifikasi tubuh (Santoso et al., 2021). Selain itu, sari tebu dikenal menyegarkan tubuh dan membantu mengatasi dehidrasi, karena mengandung gula alami (sukrosa) dan elektrolit yang membantu mengembalikan energi secara cepat (Maghfiroh et al., 2020). Dalam studi lain, air tebu dimanfaatkan sebagai suplemen tambahan untuk meningkatkan kualitas madu lebah, menunjukkan bahwa kandungan nutrisinya cukup lengkap dan bermanfaat dalam sistem metabolisme (Maghfiroh et al., 2020). Beberapa masyarakat juga memanfaatkan air tebu sebagai obat tradisional untuk meredakan panas dalam dan meningkatkan daya tahan tubuh, meskipun perlu lebih banyak penelitian ilmiah untuk membuktikan klaim ini (Santoso et al., 2021). Kandungan Tebu mengandung berbagai zat bermanfaat, seperti gula alami (sukrosa), serat, air, vitamin (terutama vitamin B kompleks), serta mineral seperti kalsium, kalium, dan magnesium (Atmojo et al., 2024). Tebu juga mengandung senyawa bioaktif seperti asam fenolat, flavonoid, dan polifenol yang berperan sebagai antioksidan (Rosales et al., 2024). Kandungan nutrisi ini menjadikan air tebu berpotensi sebagai minuman kesehatan yang alami (Santoso et al., 2021). Cara Pengolahan Tebu dapat dikonsumsi langsung dengan cara dikunyah batangnya atau diambil airnya menggunakan mesin pemeras (Santoso et al., 2021).Air tebu bisa difermentasi menjadi bioetanol sebagai bahan bakar alternatif (Ridwan et al., 2022).Sari tebu juga dapat digunakan dalam pembuatan produk turunan seperti gula cair, gula merah, dan gula kristal (Atmojo et al., 2024).Selain itu, sari tebu telah diteliti sebagai pakan tambahan bagi lebah untuk meningkatkan kualitas madu (Maghfiroh et al., 2020). DAFTAR PUSTAKA Atmojo, H. W., Machmudi, M., Nursandi, F., & Puspitasari, A. R. (2024). Pengaruh Pemupukan Anorganik pada Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas PSKA 942. Jurnal P3GI. Maghfiroh, R., Santoso, H., & Lisminingsih, R. D. (2020). Pengaruh Sari Tebu terhadap Kadar Gula Madu Apis mellifera. Biosaintropis, 7(1), 40–46. Ridwan, A. F., Purwono, & Widodo, W. D. (2022). Growth and Yield of Sugarcane First Ratoon on Residual of Filter Cake and Inorganic Fertilizer. Jurnal Agronomi Indonesia, 50(3), 245–253. Rosales, A. G., & Bautista, J. A. (2024). Hypocholesterolemic Effect of Mature Leaf Extract of Sugarcane in Induced Rats. ASEAN Journal of Science and Engineering, 4(1), 55–62. Santoso, H., Arifin, M., & Nurhaliza, L. (2021). Persepsi Mahasiswa Mengenai Manfaat Air Tebu sebagai Minuman Fungsional. ProLife: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi, 8(2), 113–119. Zumroh, A., Widodo, P. S., & Wibawa, G. (2023). Genetic Diversity, Heritability, and Productivity of New Sugarcane Clones. Jurnal Ilmiah Pertanian.

TEBU (Saccharum Officinarium Linn) Read More »

Daun Salam (Syzygium Polyanthum)

Nama Latin Daun Salam (Syzygium Polyanthum) Taksonomi Kingdom : Plantae (tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (dikotil) Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium Spesies : Syzygium polyanthum (Wight) Walp.  Definisi Umum Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) adalah tanaman yang umum dimanfaatkan oleh masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Daunnya sering digunakan sebagai bumbu masakan untuk menambah aroma, rasa, warna, serta memperkaya cita rasa makanan. Selain itu, daun salam juga dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Penggunaan tanaman ini baik sebagai bumbu dapur maupun obat, umumnya berkaitan dengan kandungan metabolit sekundernya, terutama minyak atsiri atau essential oil. Daun salam berwarna hijau ketika masih dalam keadaan segar, disebabkan kandungan klorofil yang merupakan pigmen utama yang terdapat dalam membran tilakoid. Klorofil memiliki fungsi sebagai molekul yang berperan penting dalam fotosintesis. Selain itu juga mengandung karotenoid yang merupakan pigmen pemberi warna kuning sampai jingga. Kandungan Berbagai kandungan senyawa bioaktif terkandung di daun salam, antara lain flavonoid, saponin, triterpenoid, polifenol, alkaloid, tanin dan minyak atsiri. Dimana tanin, flavonoid dan minyak atsiri bermanfaat sebagai antibakteri, sedangkan flavonoid mampu menghambat kadar kolesterol (Giri,2008; Kusumaningrum dkk., 2013; Rahayuningsih, 2014; Wiryawan, 2017). Khasiat Daun salam berkhasiat sebagai obat sakit perut, menghentikan buang air besar yang berlebihan, mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, gatal gatal dan diabetes (Wartini, dkk. 2007; Widyawati et al, 2012; Patel, et al., 2012; Harismah, 2017). Cara Pengolahan DAFTAR PUSTAKA World Flora Online. (2023). Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Retrieved from http://www.worldfloraonline.org. Khafid, A., Nurchayati, Y., & Suedy, S. W. A. (2021). Kandungan klorofil dan karotenoid daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) pada umur yang berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi, 6(1), 74-80. Rahman, M. K., Fachriyah, E., & Kusrini, D. (2023). Ekstraksi Daun Salam Berbasis Natural Deep Eutectic Solvent dan Pemanfaatannya sebagai Antioksidan. Green Sphere: Journal of Environmental Chemistry, 2(2), 7-12. Pulungan, D. R. A., Syahfitri, D., Adelia, D., & Salsabila, R. F. (2024). Daun Salam (Syzygium polyanthum) Rempah Khas Indonesia dengan Berbagai Manfaat Farmakologi: Literature Review. Indonesian Journal of Pharmaceutical Education, 4(3).

Daun Salam (Syzygium Polyanthum) Read More »

Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Nama latin Phyllanthus niruri L. Taksonomi Kingdom: Plantae Divisio: Tracheophyta (tumbuhan berpembuluh) Subdivisio: Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) Kelas: Magnoliopsida (dikotil) Ordo: Malpighiales Famili: Phyllanthaceae (dulu termasuk Euphorbiaceae) Genus: Phyllanthus Spesies: Phyllanthus niruri L. (Sholeh dan Megantara, 2019.).    Definisi Umum Meniran (Phyllanthus niruri L.) adalah tanaman herba semusim yang termasuk dalam famili Phyllanthaceae. Tanaman ini tumbuh liar di daerah tropis dan subtropis, termasuk di Indonesia. Meniran dikenal luas dalam pengobatan tradisional sebagai tanaman yang memiliki berbagai aktivitas farmakologis, seperti hepatoprotektif, diuretik, antimikroba, dan imunomodulator. Bagian tanaman yang digunakan sebagai simplisia umumnya adalah seluruh bagian herba, baik segar maupun kering. Tanaman ini memiliki ciri khas berupa batang ramping bercabang, daun kecil tersusun berseling menyerupai daun majemuk, dan buah kecil berbentuk bulat yang tumbuh di bawah daun, ciri yang menjadi asal nama “meniran” (dari kata “menyirip kecil seperti daun sirih”). (Santos, R. V., et al. (2019)). Khasiat Meniran merupakan salah satu tanaman obat yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional di berbagai negara tropis, termasuk Indonesia. Tanaman ini mengandung beragam senyawa aktif seperti lignan (phyllanthin dan hypophyllanthin), flavonoid, tanin, alkaloid, dan terpenoid yang berperan penting dalam memberikan efek farmakologisnya. Salah satu khasiat utama meniran adalah sebagai pelindung hati (hepatoprotektif). Ekstrak Phyllanthus niruri terbukti mampu mencegah kerusakan sel hati akibat paparan zat toksik seperti karbon tetraklorida (CCl₄) dan parasetamol dosis tinggi. Efek perlindungan ini disebabkan oleh kemampuan senyawa lignan yang bekerja sebagai antioksidan dan membantu menstabilkan membran sel hati, sehingga meniran sering digunakan sebagai bahan alami untuk menjaga fungsi hati (Santos et al., 2019). Selain itu, meniran juga memiliki efek diuretik, yaitu meningkatkan produksi dan pengeluaran urin. Efek ini bermanfaat dalam membantu mengeluarkan racun dari tubuh serta mencegah pembentukan batu ginjal. Penggunaan meniran sebagai pelancar urin telah lama dikenal dalam pengobatan tradisional dan juga tercantum dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi II (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Khasiat lain yang tidak kalah penting adalah aktivitas antimikroba dan antivirus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak meniran mampu menghambat pertumbuhan berbagai jenis bakteri serta mencegah replikasi virus, termasuk virus hepatitis B. Hal ini menjadikan meniran sebagai tanaman dengan potensi besar dalam mendukung terapi penyakit infeksi (Hariana, 2008). Selain itu, kandungan flavonoid dan tanin dalam meniran memberikan efek antioksidan yang kuat, membantu melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Senyawa-senyawa ini juga berperan sebagai imunomodulator, yaitu membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan meningkatkan aktivitas sel fagosit dan produksi interferon (Santos et al., 2019; Kementerian Kesehatan RI, 2017). Secara keseluruhan, meniran merupakan tanaman dengan khasiat yang luas dan mendukung berbagai fungsi tubuh, terutama dalam menjaga kesehatan hati, ginjal, dan sistem imun. Cara Pengolahan Simplisia Meniran diperoleh dari seluruh bagian tanaman herba yang telah mencapai umur cukup dan tumbuh secara sehat. Meniran dapat dipanen ketika tanaman berumur sekitar 1–2 bulan, saat batang dan daunnya masih segar namun sudah menghasilkan buah kecil di bagian bawah daun. Seluruh bagian tanaman, termasuk batang, daun, dan akar , dapat digunakan sebagai bahan obat (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Setelah dipanen, tanaman dicuci menggunakan air bersih untuk menghilangkan tanah dan kotoran yang menempel, kemudian ditiriskan hingga tidak ada air yang tersisa. Proses pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan di tempat teduh yang memiliki sirkulasi udara baik, atau menggunakan alat pengering pada suhu tidak lebih dari 50°C agar kandungan senyawa aktif seperti lignan dan flavonoid tidak rusak akibat panas berlebih (Hariana, 2008). Setelah kering, bahan simplisia dapat disimpan dalam wadah tertutup rapat yang terlindung dari sinar matahari langsung dan kelembaban tinggi. Simplisia kering inilah yang kemudian menjadi bahan dasar pembuatan sediaan tradisional, seperti rebusan, ekstrak etanol, maupun serbuk untuk kapsul. Dalam penggunaan tradisional, air rebusan herba meniran biasanya dibuat dengan cara merebus sekitar 15–30 gram herba kering dalam 3 gelas air hingga tersisa sekitar 1 gelas, kemudian disaring dan diminum dua kali sehari. Sementara untuk keperluan penelitian atau pembuatan produk herbal terstandar, simplisia meniran sering diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% untuk memperoleh senyawa aktif seperti phyllanthin, hypophyllanthin, dan flavonoid (Santos et al., 2019). Proses pengolahan yang tepat sangat penting untuk menjaga kestabilan zat aktif dan efektivitas farmakologis dari simplisia meniran. Dengan perlakuan pascapanen yang baik, kualitas simplisia dapat dipertahankan sehingga memberikan khasiat maksimal bagi pengobatan tradisional maupun formulasi sediaan herbal modern. Daftar Pustaka: Kementerian Kesehatan RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hariana, A. (2008). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.Santos, R. V., et al. (2019). “Pharmacological properties and therapeutic potential of Phyllanthus niruri: A review.” Journal of Pharmacy and Pharmacology, 71(12), 1731–1749. Santos, R. V., et al. (2019). “Pharmacological properties and therapeutic potential of Phyllanthus niruri: A review.” Journal of Pharmacy and Pharmacology, 71(12), 1731–1749.

Meniran (Phyllanthus niruri L.) Read More »

Scroll to Top