November 2025

Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)

Nama latin Clitoria ternatea L. Taksonomi Kerajaan         :Plantae Sub kerajaan       :Tracheobionta Super Divisi        :Spermatophyta Divisi             :Magnoliophyta Kelas              :Magnoliopsida Sub kelas            :Rosidae Bangsa           :Fabales Keluarga         :Fabaceae Genus             :Clitoria Species           :Clitoria ternatea L (Hartono, 2018 dalam Handito, 2023) Definisi umum Clitoria ternatea L., yang dikenal sebagai bunga telang, merupakan tanaman herba tahunan dari famili Fabaceae yang tumbuh subur di daerah beriklim tropis serta menunjukkan ketahanan yang baik terhadap gangguan lingkungan (Yusuf et al., 2025). Tanaman ini menghasilkan bunga berbentuk kupu-kupu yang bersifat zigomorfik dan memiliki lima bagian (pentamerous), dengan kelopak berbentuk tabung yang terdiri atas lima sepal yang menyatu sekitar dua pertiga dari panjangnya (Oguis et al., 2019). Selain itu, bunga telang dikenal memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dan umumnya tumbuh di pekarangan rumah, hutan, maupun pinggiran kebun (Sumartini et al., 2020). Tidak hanya itu, Clitoria ternatea L. juga banyak dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional Ayurveda serta memiliki aplikasi luas di bidang kuliner (Ashraf et al., 2023; Maneechot et al., 2023). Kandungan bioaktif dalam ekstrak bunga telang meliputi senyawa flavonoid berupa antosianin, asam fenolat, flavon, flavonol glikosida, dan flavanol, serta berbagai senyawa terpenoid, alkaloid, dan peptida berupa siklotida (Marpaung, 2020).  Khasiat Ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea L.) diketahui memiliki berbagai potensi dan manfaat yang luas. Handito et al. (2022) menyatakan bahwa ekstrak bunga telang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami lokal sekaligus sumber antioksidan alami yang dapat ditambahkan pada berbagai produk pangan. Sejalan dengan itu, Andriani dan Murtisiwi (2020) melaporkan bahwa ekstrak bunga telang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat, yaitu sebesar 41,36 μg/mL. Selain aktivitas antioksidan, Purba (2020) juga menyebutkan bahwa bunga telang memiliki potensi farmakologis lain seperti antimikroba, antidepresan, antelmintik, antikanker, dan antidiabetes. Selanjutnya, Pratiwi et al. (2020) menjelaskan bahwa aktivitas tanin pada ekstrak bunga telang dapat memberikan efek nefroprotektif terhadap paparan bahan toksik dengan cara mencegah peroksidasi lipid dan menekan pembentukan reactive oxygen species (ROS) yang dapat menyebabkan kematian sel. Selain itu, Ab Rashid et al. (2021) melaporkan bahwa mikrokapsul antosianin dari bunga telang juga memiliki aktivitas antibakteri. Hal ini didukung oleh Yurisna et al. (2022) yang menyebutkan bahwa kandungan flavonoid, antosianin, tanin, flavon, flavanol, asam fenolat, dan alkaloid dalam bunga telang berpotensi dimanfaatkan sebagai antibakteri pada produk pangan. Cara pengolahan Cara pengolahan bunga telang menjadi teh dilakukan melalui beberapa tahap. Bunga telang yang telah dipanen dicuci hingga bersih, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan oven pada suhu 60°C hingga benar-benar kering. Setelah itu, bunga kering dihaluskan hingga menjadi serbuk simplisia, lalu dikemas dan disegel sebagai teh bunga telang (Widjajanti et al., 2023). Herlina et al. (2023) menjelaskan bahwa pengolahan bunga telang dapat dilakukan menjadi berbagai bentuk minuman seperti sirup, teh, dan air seduhan yang dapat langsung dikonsumsi. Proses penyeduhan pada suhu tertentu berpengaruh terhadap kandungan antosianin yang berperan sebagai antioksidan dalam minuman tersebut.   Sementara itu, ekstrak bunga telang juga dapat dicampurkan dengan berbagai bahan pangan lainnya. Ekstrak ini memiliki ketahanan terhadap proses pemanasan seperti pasteurisasi, sehingga berpotensi digunakan sebagai pewarna alami sekaligus penambah aktivitas antioksidan dalam produk pangan (Kurniadi et al., 2024). Referensi Ab Rashid, S., Tong, W. Y., Leong, C. R., Abdul Ghazali, N. M.,  Taher, M. A., Ahmad,  N.,  …  Teo,  S.  H.  (2021). Anthocyanin  Microcapsule  from Clitoria  ternatea:  Potential  Bio-preservative  and  Blue  Colorant  for Baked Food Products. Arabian Journal for  Science  and  Engineering,  46(1), 65–72. https://doi.org/10.1007/s13369-020-04716-y Andriani, D., & Murtisiwi, L. (2020). Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70 % bunga telang (Clitoria ternatea L.) dari daerah Sleman dengan metode DPPH. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 17(1), 70–76. https://doi.org/10.23917/pharmacon.v17i1.9321 Ashraf, K., Adlin, N. F., Basri, A. N., Ahmad, W., & Sultan, S. (2023). The traditional uses, phytochemistry, and pharmacological effects of Clitoria ternatea: A review. Indian Journal of Pharmaceutical Education and Research, 58(1), 1–14. https://doi.org/10.5530/ijper.58.1.1 Handito, D., Basuki, E., Saloko, S., Dwikasari, L. G., & Triani, E. (2022). Analisis komposisi bunga telang (Clitoria ternatea) sebagai antioksidan alami pada produk pangan. Prosiding SAINTEK, 4, 64-70. LPPM Universitas Mataram. E-ISSN: 2774-8057. https://eprints.unram.ac.id/40868/1/B50.pdf Handito, R., & Pratiwi, N. (2023). Klasifikasi dan potensi bunga telang (Clitoria ternatea L.) sebagai tanaman obat. Jurnal Biologi Tropika, 10(2), 45–52. Herlina, H., Jannah, S., Mulyani, E., & Sembiring, M. (2023). Analisa antosianin pada minuman olahan bunga telang (Clitoria ternatea L.) dengan metode pH differensial. Parapemikir: Jurnal Ilmiah Farmasi, 12(2), 1–10. p-ISSN 2089-5313 | e-ISSN 2549-5062. Retrieved from https://ejournal.poltekharber.ac.id/index.php/parapemikir/article/download/5138/pdf_135 Kurniadi, A., Sartika, D., Herdiana, N., & Susilawati. (2024). Kajian formulasi ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) terhadap aktivitas antioksidan pada minuman fungsional. Jurnal Agroindustri Maneechot, O., Hahor, W., Thongprajukaew, K., Nuntapong, N., & Bubaka, S. (2023). A natural blue colorant from butterfly pea (Clitoria ternatea) petals for traditional rice cooking. Journal of Food Science and Technology, 60(8), 2255–2264. https://doi.org/10.1007/s13197-023-05752-w Marpaung, A. M. (2020). Tinjauan manfaat bunga telang (Clitoria ternatea L.) bagi kesehatan  manusia.  Journal  of Functional  Food  and  Nutraceutical, 1(2),  63–85. https://doi.org/10.33555/jffn.v1i2.30 Oguis, G. K., Gilding, E. K., Jackson, M. A., & Craik, D. J. (2019). Butterfly Pea (Clitoria ternatea), a cyclotide-bearing plant with applications in agriculture and medicine. Frontiers in Plant Science, 10, 645. https://doi.org/10.3389/fpls.2019.00645 Pratiwi,  E.  R.,  Rahmandani,  S.  O.  A., Ibrahim, A. R., & Isbandiyah, I. (2020). Potensi Ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternatea)  Sebagai  Pencegah  Acute Kidney  Injury  (AKI).  CoMPHI Journal:  Community  Medicine  and Public  Health  of  Indonesia  Journal, 1(2),  92–100. https://doi.org/10.37148/comphijournal.v1i2.16 Purba, E. C. (2020). Kembang telang (Clitoria ternatea L.): Pemanfaatan dan bioaktivitas. EduMatSains, 4(2), 111–124. https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/santimas/article/download/3244/2231/11942?utm_source=chatgpt.com Sumartini, Y., Ikrawan, Y., & Muntaha, F. M. (2020). Analisis bunga telang (Clitoria ternatea) dengan variasi pH metode Liquid Chromatograph-Tandem Mass Spectrometry (LC-MS/MS). Pasundan Food Technology Journal, 7(2), 70. Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan. E-ISSN: 2615-1405. https://doi.org/10.23969/pftj.v7i2.2983 Yurisna, V. C., Nabila, F. S., Radhityaningtyas, D., & Listyaningrum, F. (2022). Potensi bunga telang (Clitoria ternatea L.) sebagai antibakteri pada produk pangan. JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI), 7(1), 68-77. https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i1.5738 Yusuf, A. F.,

Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Read More »

DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)

 Nama Latin Annona muricata Taksonomi Kingdom : Plantae Devisi : Angiospermae Kelas : Magnoliophyta Ordo : Magnoliales Famili : Annonaceae Genus : Annona Spesies : Anona muricata L. Definis Umum Annona muricata atau yang biasa dikenal sebagai tanaman sirsak merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur di indonedia dan termasuk kedalam tanaman tahunan. Tanaman ini merupakan tanaman yang tersebar didaerah tropis dan subtropis (Qomaliyah, 2022). Tanaman sirsak memiliki tinggi pohon sekitar 5-8 meter, batang kayunya berwarna coklat dan bercabang. Daun sirsak berbentuk lanset dengan ujung runcing, tepi daunnya rata, berwarna hijau dan bagian atasnya mengkilap dan bagian bawah daunnya kasar. Bunga tanaman sirsak terletak tunggal dibatang kayu dan memiliki warna kuning keputihan. Buahnya berukuran sedang sampai besar, dengan permukaan yang bertekstur dan berwarna hijau jika belum matang dan hijau kekuningan jika buah sudah matang. Sedangkan daging buahnya berwarna putih, berserat, memiliki banyak kandungan air dan memiliki biji yang keras berawarna hitam (Rasyidah. et al., 2022). Selain daging buahnya yang dapat dikonsumsi secara langsung, daun sirsak juga dapat digunakan sebagai bahan pegebotan. Beberapa daerah di indonesia menggunakan daun sirsak untuk mengobati penyakit diabetes dan sebagai pengobatan kanker (Qomaliyah, 2022). Penggunaan tanaman sirsak sebagai bahan obat saat ini sudah mulai sering digunakan oleh masyarakat luas. Penelitian mengenai pemanfaatan kandungan tanaman sirsak juga sudah mulai banyak dilakukan. Melalui beberapa metode analisis fitokimia, ekstrak tanaman sirsak diidentifikasi memiliki banyak kandungan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif dari penyembuhan suatu penyakit. Kandungan Kandungan senyawa metabolit sekunder dari daun sirsak yang memiliki potensi bioaktivitas yaitu acetogenin, sedangkan senyawa lainnya seperti alkaloid, fenol, flavonoid, terpenoid dan steroid (Tiara. et al., 2025). Khasiat Khasiat dari tanaman sirsak terutama daunnya dapat digunakan sebagai bahan pengobatan untuk hipertensi, diabetes, kanker serta batuk. Salah satu khasiat yang paling besar diidentifikasi yaitu melalu aktivitas antioksidannya, dimana aktivitas antioksidan dapat menghambat radikal bebas yang dapat memicu perkembangan penyekait degenaratif seperti kanker, penyakit kardiovaskuler, alzheimer, dan diabetes (Rasyidah. et al., 2022). Kandugan acetogenin dari daun sirsak berpotensi sebagai antikanker (Silalahi, 2020) dan dibuktikan dari hasil beberapa penelitian bahwasanya kandungan tersebut dapat menghambat secara signifikan dari invasi sel kanker pada usus besar dan mempu menurunkan ukuran prostat pada sel kanker prostat (Qomaliyah, 2022). Khasiat lainnya yang dilaporkan yaitu efektif menurunkan kadar gula darah dengan mekanisme menghambat enzim e-amylase dan a-glukosidase, serta meningkatkan aktivitas glukokinase sehingga dapat mengontrol kadar glukosa darah (Ayuningtiyas, et al., 2022). Cara Pengolahan Pengggunaan daun sirsak sebagai bahan pengobatan dalam kalangan masyarakat tentunya harus diolah atau dibuat dengan cara yang praktis dan efisien. Adapun cara pengolahannya yaitu dapat melalui perebusan dengan menggunakan metode infusa, berikut merupakan cara pengolahannya (Nikeherpianto, et al., 2025) : a.       Didihkan 5 gelas air (ukuran gelas belimbing). b.      Masukkan 7-10 lembar daun sirsak dalam keadaan bersih. c.  Tunggu selama kurang lebih 15 menit. Pastikan menggunakan alat yang berbahan tanah liat, stainless steel, ataupun kaca. Hindari menggunakan alat yang berbahan dari aluminium, besi, tembaga ataupun kuningan. d.      Daiamkan hingga hangat. e.       Saring dan bagi menjadi 2 gelas. f.        Minum sehari 2 kali sebanyak 1 gelas sesudah makan. DAFTAR PUSTAKA Ayuningtiyas, RR., et al. (2022). Efektivitas Pemberian Air Rebusan Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Terhadap Kadar Glukosa Darah pada Populasi Sehat. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 4 (2), 475. https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/view/917 Nikeherpianti, L., et al. (2025). Pemberdayaan Masyarakat Desa Rambu Kongga Melalui Pemanfaatan Rebusan Daun Sirsak untuk Pengendalian Hipertensi. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 8 (2). https://journal.matappa.ac.id/index.php/matappa/article/view/4262 Tiara, NP., et al. (2025). Analisis Ekstrak Metanol Daun Sirsak (Annona Muricata Linn.) Terhadap Sel Kanker Prostat. Jurnal Ilmu Tanaman, Sains dan Teknologi Pertanian. 2 (1), 118-129. https://journal.asritani.or.id/index.php/Mikroba/article/view/255. Rasyidah., et al. (2019). Studi Etnobotani dan Aktivitas Farmakologi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.). KLOROFIL. 3 (2), 10-14. https://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/klorofil/article/view/7825 Qomaliyah, EN. (2022). Farmakologi dan Potensi Bioaktivitas Daun dan Buah Sirsak (Annona muricata). BIOCITY Jourbal of Pharmacy Biocience and Clinical Community. 1 (1), 39-58. https://journal.universitasbumigora.ac.id/index.php/biocity/article/view/2488

DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) Read More »

Bengle (Zingiber montanum (J.Koenig) Link ex A.Dietr.)

Nama Latin Zingiber montanum (J.Koenig) Link ex A.Dietr. Taksonomi Kingdom           : Plantae Subkingdom      : Viridiplantae Infrakingdom    : Streptophyta Superdivisi        : Embryophyta Divisi             : Tracheophyta Subdivisi           : Spermatophytina Kelas             : Magnoliopsida Subordo         : Lilianae Ordo              : Zingiberales Famili            : Zingiberaceae Genus            : Zingiber Spesies          : Zingiber montanum (J.Koenig) Link ex A.Dietr. Definisi Umum Bengle (Zingiber montanum) merupakan tumbuhan   herba,   dengan tinggi  43  cm  dan  memiliki  akar serabut. Batang berbentuk bulat (teres), diameter 1  cm,  panjang  ruas  40  cm,  berwarna  hijau, permukaan  batang  licin  (leavis),  tegak  ke arah atas,  dan  percabangan  simpodial. Daun  berupa  helaian saja, panjang 17 cm, lebar helaian  4   cm,   bangun   lanset   (lanceolatus), pangkal runcing, tepi rata (truncates), dan ujung meruncing  (acutus),  permukaan  licin  (leavis), tipe  tunggal,  warna  hijau  pucat  sampai  gelap, berambut halus, jarang,    dan pertulangan menyirip. Rimpang  bercabang-cabang,   aroma kuat,   bertunas,   warna   kulit kuning,  warna  belahan  daging  kuning (Sasmaini, 2024). Kandungan Rimpang bengle (Zingiber cassumunar) merupakan tanaman dengan kandungan minyak atsiri, flavonoid dan kurkumin yang berkhasiat sebagai obat tradisional dan memiliki aktivitas antioksidan. Dikenal sebagai kurkuminoid, rimpang bengle mengandung minyak atsiri, saponin, tannin, triterpenoid, vitamin E, vitamin C, β-karoten, flavonoid, dan polifenol dengan sifat antioksidan. Konsentrasi optimal dari minyak atsiri rimpang bangle (Zingiber montanum) terbukti dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans adalah 50%. Implikasi penelitian adalah minyak atsiri rimpang bengle (Zingiber montanum) dapat direkomendasikan sebagai bahan alternatif antijamur dalam bidang kedokteran gigi (Rosadi et al., 2024). Rimpang bengle (Zingiber montanum) mengandung senyawa metabolit sekunder fenolik dan flavonoid, yang diperkirakan memiliki aktivitas penangkal radikal bebas atau tabir surya (Lailiyah et al., 2024). Cara pengolahan Untuk cara pengolahan tumbuhan suku Zingiberaceae yang paling umum dilakukan yaitu direbus dan diparut, sedangkan untuk cara pengolahan yang paling sedikit yaitu dibakar. Untuk cara pengolahan direbus ada 6 spesies tumbuhan yaitu bengle, jahe merah, kencur, kunyit, lengkuas merah dan temulawak, untuk cara diparut ada 5 spesies yaitu bengle, kencur, kunyit, lengkuas merah dan temulawak dan untuk cara pengolahan dibakar ada 1 spesies yaitu jahe merah merah. Bengle (Zingiber montanum) dapat dimanfaatkan menjadi beberapa macam olahan, antara lain: 1.      Diolah menjadi minuman perpaduan antara dringo, bengle, jahe, kunyit, kencur, temulawak secukupnya, bersihkan lalu dikupas dan diiris kecil-kecil, kemudian direbus dan tambahkan asam jawa, gula merah, garam, merica bolong, madu dan air perasan jeruk nipis (Hastiana et al., 2023). Penelitian Rahmawati et al. (2021) melaporkan bahwa pengolahan tumbuhan paling sering digunakan adalah dengan cara direbus karena akan membunuh bakteri yang melekat pada tumbuhan tersebut. Proses pengolahan tumbuhan obat dengan cara direbus bertujuan untuk melarutkan zat aktif ke dalam air (Leksikowati et al., 2020). 2.      Rimpang bengle (Zingiber montanum) dihaluskan, lalu disaring dan ditambahkan madu bermanfaat untuk mengobati demam (Nopiyanti, 2025). 3.      Rimpang bengle (Zingiber montanum) dirajang (ukuran sedang), direbus, kemudian ditambahkan daun sirih bermanfaat untuk obat cacingan (Nopiyanti, 2025). 4.      Rimpang bengle (Zingiber montanum) dipercaya memiliki kemampuan spiritual untuk melindungi  bayi  dan  ibu hamil  dari  gangguan  makhluk  halus,  karena memiliki   aroma   menyengat yang diyakini dapat  mengusir  makhluk  gaib dan aura negatif. Rimpang ini dihaluskan dengan bawang putih kemudian dibalurkan di kening, punggung, dan telapak kaki bayi (Nopiyanti, 2025). Daftar Pustaka Han, A.-R., Kim, H., Piao, D., Jung, C.-H., Dan Seo, E.K., 2021. Phytochemicals and Bioactivities Of Zingiber Cassumunar Roxb. Molecules, 26: 2377. https://doi.org/10.3390/molecules26082377 Hastiana, Y., Nawawi, S., Azizah, S., Biologi, P., Palembang, U. M., & Obat, T. (2023). Pemanfaatan Tumbuhan Suku Zingiberaceae di Desa Sidorejo Kecamatan Muara Padang Kabupaten Banyuasin. Journal of Biology Education, Science, and Technology, 6(1), 288-294. https://doi.org/10.14421/biomedich.2024.131.73-82 Integrated Taxonomic Information System (ITIS). (2025). Integrated Taxonomic Information System: Zingiber montanum. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2025 pada https://www.itis.gov/ Lailiyah, M., Saputra, S. A., & Aryantini, D. (2024). Uji Aktifitas Antioksidan, flavonoid Total dan Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Bangle (Zingiber cassumunar). Indonesian Journal of Pharmaceutical Education, 4(3). https://doi.org/10.37311/ijpe.v4i3.28181 Leksikowati, S. S., Oktaviani, I., Ariyanti, Y., Akhmad, A. D., & Rahayu, Y. (2020). Etnobotani Tumbuhan Obat Masyarakat Lokal Suku Lampung Di Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Biologica Samudra, 2(1), 35–53. https://doi.org/10.33059/jbs.v2i1.2297  Nopiyanti, T., Santhyami, S., Noli, Z. A., & Idris, M. (2025). Tanaman Obat Tradisional Dusun Dlingo Kecamatan Geyer Grobogan, Jawa Tengah. Jurnal Biosilampari: Jurnal Biologi, 7(2), 115-126. https://doi.org/10.62112/biosilampari.v7i2.173 Rahmawati, F. N., Harmida, & Aminasih, N. (2021). Pemanfaatan Tumbuhan Obat Zingiberaceae Pada Suku Rawas Di Desa Jajaran Baru I Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas. Sribios, 2(1), 23–28. https://doi.org/10.24233/SRIBIOS.2.1.2021.212 Rosadi, F. I., Imran, I., Nadya, P. C., Abdillah, I., & Elliana, M. (2024). Uji efektivitas minyak atsiri rimpang bangle (Zingiber montanum) terhadap pertumbuhan Candida albicans: eksperimental murni. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 36(1), 57-64. https://doi.org/10.24198/jkg.v36i1.52295  Sasmaini, D., Lestari, W., Hapida, Y., & Nurokhman, A. (2024). Identification of the Zingiberaceae Family in Banuayu Village, South Kikim District, Lahat Regency, South Sumatra. Jurnal Biologi Tropis, 24(2), 664-674. https://doi.org/10.29303/jbt.v24i2.6844

Bengle (Zingiber montanum (J.Koenig) Link ex A.Dietr.) Read More »

SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav)

Nama Latin Piper crocatum Ruiz & Pav Taksonomi Kerajaan: Plantae Subkingdom: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Superdivisi: Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Divis:i Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (dikotil) Subclass: Magnoliidae Ordo: Piperales Famili: Piperaceae Genus: Piper Spesies: Piper crocatum. Definisi Umum Sirih merah merupakan tanaman asli Peru , kemudian menyebar ke beberapa wilayah di dunia, termasuk Indonesia. Sirih merah merupakan tanaman semak, batang bersulur dan beruas, dengan jarak buku antara 5-10 cm, dan pada setiap buku tumbuh bakal akar. Daun bertangkai, berbentuk ellips, acuminatus, sub acut pada basalnya dengan bagian atas meruncing, tepi rata, mengkilap atau tidak berbulu. Panjang-nya 9-12 cm dan lebarnya 4-5 cm. Urat daun pinnatus dari separuh bagian bawah, urat daunnya 4-5 x 2, bullulatus-lacunosa. Petiolus, panjang 10 mm, spike panjang 90-110 mm, tebal 5 mm. Daun bagian atas berwarna hijau tua, dengan daerah sekitar tulang daun keperakan, dan bagian bawah berwarna ungu. Daun berlendir, terasa pahit dengan bau kurang spesifik. Khasiat Daun sirih merah mengandung senyawa bioaktif berupa flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, steroid/terpenoid, antrakuinon dan fenol (Maslikah et al., 2019). Flavonoid berperan dalam anti inflamasi melalui penghambatan permeabilitas kapiler dan melakukan metabolisme asam arakidonat, serta sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel endothelial. Potensi antiinflamasi juga terdapat pada senyawa saponin melalui penghambat pembentukan eksudat dan meningkatkan permeabilitas vascular (Fitriyani et al., 2011). Senyawa golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antiinflamasi salah satunya adalah Brazilin. Brazilin merupakan senyawa heterosiklik organik yang memiliki potensi proapotosis dan antiinflamasi. Cara Pengolahan Pilih daun sirih merah yang segar, tidak rusak, berwarna hijau keunguan. Cuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan debu dan kotoran. Rebus 3-5 lembar daun dalam kurang lebih 500 mL air bersih. Didihkan selama 10-15 menit hingga air tersisa setengahnya. Saring dan biarkan hangat. Minum 1-2 kali sehari Daftar Pustaka Fitriyani, A., Winarti, L., Muslichah, S., and Nuri. (2011). Uji Antiinflamasi Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada Tikus Putih. Majalah Obat Tradisional, 16(1), 34–42 Maslikah, S. I., Amalia, A., and Afifah, S. (2019). Red betel apigenin compound (Piper crocatum Ruiz Pav.) as an anti-inflammatory rheumatoid arthritis agent through virtual screening. AIP Conference Proceedings, 080003. https://doi.org/10.1063/1.5115741

SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) Read More »

TEBU (Saccharum Officinarium Linn)

Nama Latin Saccharum Officinarium Linn. Toksonomi Kingdom         : Plantae Divisi               : Tracheophyta Kelas               : Liliopsida Ordo                : Poales Famili              : Poaceae Genus : Saccharum Spesies : Saccharum Officinarium Linn Definisi Umum Tebu (Saccharum officinarum Linn) merupakan tanaman dari keluarga rumput-rumputan (Poaceae) yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia (Atmojo et al., 2024). Tanaman ini terutama dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula karena mengandung sukrosa dalam jumlah tinggi (Ridwan et al., 2022). Tebu memiliki batang yang tebal, beruas, dan mengandung cairan manis yang dapat langsung dikonsumsi (Rosales et al., 2024). Khasiat Tebu (Saccharum officinarum Linn) memiliki berbagai khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, terutama dari airnya yang kaya akan senyawa bioaktif. Air tebu mengandung senyawa antioksidan seperti flavonoid, polifenol, dan asam fenolat yang berperan penting dalam menangkal radikal bebas dalam tubuh (Rosales & Bautista, 2024). Antioksidan ini membantu mengurangi risiko penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung, serta memperkuat sistem imun. Salah satu manfaat penting dari ekstrak tebu adalah kemampuannya dalam menurunkan kadar kolesterol. Penelitian yang dilakukan oleh Rosales dan Bautista (2024) pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak daun tebu yang matang mampu menurunkan kadar kolesterol total dan LDL secara signifikan, sekaligus meningkatkan kolesterol baik (HDL). Air tebu juga memiliki sifat diuretik alami, yang artinya dapat membantu memperlancar buang air kecil, sehingga mendukung fungsi ginjal dan proses detoksifikasi tubuh (Santoso et al., 2021). Selain itu, sari tebu dikenal menyegarkan tubuh dan membantu mengatasi dehidrasi, karena mengandung gula alami (sukrosa) dan elektrolit yang membantu mengembalikan energi secara cepat (Maghfiroh et al., 2020). Dalam studi lain, air tebu dimanfaatkan sebagai suplemen tambahan untuk meningkatkan kualitas madu lebah, menunjukkan bahwa kandungan nutrisinya cukup lengkap dan bermanfaat dalam sistem metabolisme (Maghfiroh et al., 2020). Beberapa masyarakat juga memanfaatkan air tebu sebagai obat tradisional untuk meredakan panas dalam dan meningkatkan daya tahan tubuh, meskipun perlu lebih banyak penelitian ilmiah untuk membuktikan klaim ini (Santoso et al., 2021). Kandungan Tebu mengandung berbagai zat bermanfaat, seperti gula alami (sukrosa), serat, air, vitamin (terutama vitamin B kompleks), serta mineral seperti kalsium, kalium, dan magnesium (Atmojo et al., 2024). Tebu juga mengandung senyawa bioaktif seperti asam fenolat, flavonoid, dan polifenol yang berperan sebagai antioksidan (Rosales et al., 2024). Kandungan nutrisi ini menjadikan air tebu berpotensi sebagai minuman kesehatan yang alami (Santoso et al., 2021). Cara Pengolahan Tebu dapat dikonsumsi langsung dengan cara dikunyah batangnya atau diambil airnya menggunakan mesin pemeras (Santoso et al., 2021).Air tebu bisa difermentasi menjadi bioetanol sebagai bahan bakar alternatif (Ridwan et al., 2022).Sari tebu juga dapat digunakan dalam pembuatan produk turunan seperti gula cair, gula merah, dan gula kristal (Atmojo et al., 2024).Selain itu, sari tebu telah diteliti sebagai pakan tambahan bagi lebah untuk meningkatkan kualitas madu (Maghfiroh et al., 2020). DAFTAR PUSTAKA Atmojo, H. W., Machmudi, M., Nursandi, F., & Puspitasari, A. R. (2024). Pengaruh Pemupukan Anorganik pada Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas PSKA 942. Jurnal P3GI. Maghfiroh, R., Santoso, H., & Lisminingsih, R. D. (2020). Pengaruh Sari Tebu terhadap Kadar Gula Madu Apis mellifera. Biosaintropis, 7(1), 40–46. Ridwan, A. F., Purwono, & Widodo, W. D. (2022). Growth and Yield of Sugarcane First Ratoon on Residual of Filter Cake and Inorganic Fertilizer. Jurnal Agronomi Indonesia, 50(3), 245–253. Rosales, A. G., & Bautista, J. A. (2024). Hypocholesterolemic Effect of Mature Leaf Extract of Sugarcane in Induced Rats. ASEAN Journal of Science and Engineering, 4(1), 55–62. Santoso, H., Arifin, M., & Nurhaliza, L. (2021). Persepsi Mahasiswa Mengenai Manfaat Air Tebu sebagai Minuman Fungsional. ProLife: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi, 8(2), 113–119. Zumroh, A., Widodo, P. S., & Wibawa, G. (2023). Genetic Diversity, Heritability, and Productivity of New Sugarcane Clones. Jurnal Ilmiah Pertanian.

TEBU (Saccharum Officinarium Linn) Read More »

Daun Salam (Syzygium polyanthum)

Nama Latin Daun Salam (Syzygium polyanthum) Taksonomi Kingdom : Plantae (tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (dikotil) Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium Spesies : Syzygium polyanthum (Wight) Walp.  Definisi Umum Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) adalah tanaman yang umum dimanfaatkan oleh masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Daunnya sering digunakan sebagai bumbu masakan untuk menambah aroma, rasa, warna, serta memperkaya cita rasa makanan. Selain itu, daun salam juga dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Penggunaan tanaman ini  baik sebagai bumbu dapur maupun obat, umumnya berkaitan dengan kandungan metabolit sekundernya, terutama minyak atsiri atau essential oil. Daun salam berwarna hijau ketika masih dalam keadaan segar, disebabkan kandungan klorofil yang merupakan pigmen utama yang terdapat dalam membran tilakoid. Klorofil memiliki fungsi sebagai molekul yang berperan penting dalam fotosintesis. Selain itu juga mengandung karotenoid yang merupakan pigmen pemberi warna kuning sampai jingga.  Kandungan Berbagai kandungan senyawa bioaktif terkandung di daun salam, antara lain flavonoid, saponin, triterpenoid, polifenol, alkaloid, tanin dan minyak atsiri. Dimana tanin, flavonoid dan minyak atsiri bermanfaat sebagai antibakteri, sedangkan flavonoid mampu menghambat kadar kolesterol (Giri,2008; Kusumaningrum dkk., 2013; Rahayuningsih, 2014; Wiryawan, 2017). Khasiat Daun salam berkhasiat sebagai obat sakit perut, menghentikan buang air besar yang berlebihan, mengatasi asam urat, stroke, kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung, gatal gatal dan diabetes (Wartini, dkk. 2007; Widyawati et al, 2012; Patel, et al., 2012; Harismah, 2017). Cara Pengolahan DAFTAR PUSTAKA World Flora Online. (2023). Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Retrieved from http://www.worldfloraonline.org. Khafid, A., Nurchayati, Y., & Suedy, S. W. A. (2021). Kandungan klorofil dan karotenoid daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) pada umur yang berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi, 6(1), 74-80. Rahman, M. K., Fachriyah, E., & Kusrini, D. (2023). Ekstraksi Daun Salam Berbasis Natural Deep Eutectic Solvent dan Pemanfaatannya sebagai Antioksidan. Green Sphere: Journal of Environmental Chemistry, 2(2), 7-12. Pulungan, D. R. A., Syahfitri, D., Adelia, D., & Salsabila, R. F. (2024). Daun Salam (Syzygium polyanthum) Rempah Khas Indonesia dengan Berbagai Manfaat Farmakologi: Literature Review. Indonesian Journal of Pharmaceutical Education, 4(3).

Daun Salam (Syzygium polyanthum) Read More »

Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Nama latin Phyllanthus niruri L. Taksonomi Kingdom: Plantae Divisio: Tracheophyta (tumbuhan berpembuluh) Subdivisio: Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) Kelas: Magnoliopsida (dikotil) Ordo: Malpighiales Famili: Phyllanthaceae (dulu termasuk Euphorbiaceae) Genus: Phyllanthus Spesies: Phyllanthus niruri L. (Sholeh dan Megantara, 2019.).    Definisi Umum Meniran (Phyllanthus niruri L.) adalah tanaman herba semusim yang termasuk dalam famili Phyllanthaceae. Tanaman ini tumbuh liar di daerah tropis dan subtropis, termasuk di Indonesia. Meniran dikenal luas dalam pengobatan tradisional sebagai tanaman yang memiliki berbagai aktivitas farmakologis, seperti hepatoprotektif, diuretik, antimikroba, dan imunomodulator. Bagian tanaman yang digunakan sebagai simplisia umumnya adalah seluruh bagian herba, baik segar maupun kering. Tanaman ini memiliki ciri khas berupa batang ramping bercabang, daun kecil tersusun berseling menyerupai daun majemuk, dan buah kecil berbentuk bulat yang tumbuh di bawah daun, ciri yang menjadi asal nama “meniran” (dari kata “menyirip kecil seperti daun sirih”). (Santos, R. V., et al. (2019)). Khasiat Meniran merupakan salah satu tanaman obat yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional di berbagai negara tropis, termasuk Indonesia. Tanaman ini mengandung beragam senyawa aktif seperti lignan (phyllanthin dan hypophyllanthin), flavonoid, tanin, alkaloid, dan terpenoid yang berperan penting dalam memberikan efek farmakologisnya. Salah satu khasiat utama meniran adalah sebagai pelindung hati (hepatoprotektif). Ekstrak Phyllanthus niruri terbukti mampu mencegah kerusakan sel hati akibat paparan zat toksik seperti karbon tetraklorida (CCl₄) dan parasetamol dosis tinggi. Efek perlindungan ini disebabkan oleh kemampuan senyawa lignan yang bekerja sebagai antioksidan dan membantu menstabilkan membran sel hati, sehingga meniran sering digunakan sebagai bahan alami untuk menjaga fungsi hati (Santos et al., 2019). Selain itu, meniran juga memiliki efek diuretik, yaitu meningkatkan produksi dan pengeluaran urin. Efek ini bermanfaat dalam membantu mengeluarkan racun dari tubuh serta mencegah pembentukan batu ginjal. Penggunaan meniran sebagai pelancar urin telah lama dikenal dalam pengobatan tradisional dan juga tercantum dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi II (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Khasiat lain yang tidak kalah penting adalah aktivitas antimikroba dan antivirus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak meniran mampu menghambat pertumbuhan berbagai jenis bakteri serta mencegah replikasi virus, termasuk virus hepatitis B. Hal ini menjadikan meniran sebagai tanaman dengan potensi besar dalam mendukung terapi penyakit infeksi (Hariana, 2008). Selain itu, kandungan flavonoid dan tanin dalam meniran memberikan efek antioksidan yang kuat, membantu melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Senyawa-senyawa ini juga berperan sebagai imunomodulator, yaitu membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan meningkatkan aktivitas sel fagosit dan produksi interferon (Santos et al., 2019; Kementerian Kesehatan RI, 2017). Secara keseluruhan, meniran merupakan tanaman dengan khasiat yang luas dan mendukung berbagai fungsi tubuh, terutama dalam menjaga kesehatan hati, ginjal, dan sistem imun. Cara Pengolahan Simplisia Meniran diperoleh dari seluruh bagian tanaman herba yang telah mencapai umur cukup dan tumbuh secara sehat. Meniran dapat dipanen ketika tanaman berumur sekitar 1–2 bulan, saat batang dan daunnya masih segar namun sudah menghasilkan buah kecil di bagian bawah daun. Seluruh bagian tanaman, termasuk batang, daun, dan akar , dapat digunakan sebagai bahan obat (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Setelah dipanen, tanaman dicuci menggunakan air bersih untuk menghilangkan tanah dan kotoran yang menempel, kemudian ditiriskan hingga tidak ada air yang tersisa. Proses pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan di tempat teduh yang memiliki sirkulasi udara baik, atau menggunakan alat pengering pada suhu tidak lebih dari 50°C agar kandungan senyawa aktif seperti lignan dan flavonoid tidak rusak akibat panas berlebih (Hariana, 2008). Setelah kering, bahan simplisia dapat disimpan dalam wadah tertutup rapat yang terlindung dari sinar matahari langsung dan kelembaban tinggi. Simplisia kering inilah yang kemudian menjadi bahan dasar pembuatan sediaan tradisional, seperti rebusan, ekstrak etanol, maupun serbuk untuk kapsul. Dalam penggunaan tradisional, air rebusan herba meniran biasanya dibuat dengan cara merebus sekitar 15–30 gram herba kering dalam 3 gelas air hingga tersisa sekitar 1 gelas, kemudian disaring dan diminum dua kali sehari. Sementara untuk keperluan penelitian atau pembuatan produk herbal terstandar, simplisia meniran sering diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% untuk memperoleh senyawa aktif seperti phyllanthin, hypophyllanthin, dan flavonoid (Santos et al., 2019). Proses pengolahan yang tepat sangat penting untuk menjaga kestabilan zat aktif dan efektivitas farmakologis dari simplisia meniran. Dengan perlakuan pascapanen yang baik, kualitas simplisia dapat dipertahankan sehingga memberikan khasiat maksimal bagi pengobatan tradisional maupun formulasi sediaan herbal modern. Daftar Pustaka: Kementerian Kesehatan RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hariana, A. (2008). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.Santos, R. V., et al. (2019). “Pharmacological properties and therapeutic potential of Phyllanthus niruri: A review.” Journal of Pharmacy and Pharmacology, 71(12), 1731–1749. Santos, R. V., et al. (2019). “Pharmacological properties and therapeutic potential of Phyllanthus niruri: A review.” Journal of Pharmacy and Pharmacology, 71(12), 1731–1749.

Meniran (Phyllanthus niruri L.) Read More »

DANDANG GENDIS (Clinacanthus nuntas)

Nama latin Clinacanthus nuntas Taksonomi Kingdom   : Plantae Divisi    : Spermatofita Kelas     : Dikotilrdoneae Ordo      : Solanales Famili   : Acanthaceae Genus    : ClinacanthusSpesies  : Clinacanthus nuntas Definisi umum Dandang gendis adalah tanaman herbal yang banyak ditemukan di wilayah Asia. Tanaman dandang gendis memiliki banyak manfaat, pada beberapa negara di Asia Tenggara dandang gendis digunakan untuk menangkal bisa ular atau gigitan serangga. Dandang gendis juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan, bagian tanaman yang digunakan yaitu pada bagian daunnya (Pragustine et al.,2022). Dandang gendis merupakan tanaman semak belukar berbentuk perdu, memiliki batang tegak dengan tinggi sekitar 2,5 m, beruas dan berwarna hijau. Memiliki daun tunggal dan berhadapan satu sama lain, memiliki panjang daun 8-12 cm dan lebar 4-6 cm. Memiliki bunga yang tumbuh di ketiak daun dan ujung batang (Permadi, 2013). Kandungan Daun dandang gendis mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, triterpen, saponin, dan flavonoid (Klau dan Hesturini, 2021). Khasiat Dandang gendis dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan, daun dandang gendis memiliki khasiat sebagai obat diare, disentri, radang usus, dan buang air besar berlendir. Daub dandang gendis juga memiliki sifat farmakologi seperti antioksidan, antikanker, antiinflamasi, analgesik, meningkatkan sistem imun, antibakteri, antivirus, dan antibisa (Andasari dan Mustofa, 2020). Cara pengolahan Cara pengolahan tanaman dandang gendis untuk pengobatan yaitu dengan melakukan proses perebusan pada bagian daun tanaman (Seran et al., 2023). Daftar pustaka Andasari, S. D., & Mustofa, C. H. (2020). Standarisasi Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak Etil Asetat Daun Dandang Gendis (Clinacanthus Nutans). MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan, 15(2), 70-75. https://ejournal.umkla.ac.id/index.php/motor/article/view/176/135 Klau, M. H. C., & Hesturini, R. J. (2021). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis (Clinacanthus nutans (Burm F) Lindau) Terhadap Daya Analgetik dan Gambaran Makroskopis Lambung Mencit. Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, 4(1), 6-12. https://doi.org/10.52216/jfsi.v4i1.59 Permadi, I. G. W. D. (2013). Keanekaragaman tanaman obat sebagai larvasida dalam upaya pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan, 5(1), 12-16. https://journal.uii.ac.id/JSTL/article/view/3470/3067 Pragustine, Y., Astoeti, T. E., Amtha, R., & Roeslan, M. O. (2022). Pemberdayaan Ibu-Ibu Majlis Al Muttaqien dalam Budidaya Tanaman Dandang Gendis sebagai Larutan Kumur untuk Kesehatan Rongga Mulut. Jurnal Abdimas Kesehatan Terpadu, 1(1). https://doi.org/10.25105/jakt.v1i1.13921 Seran, G. Y. T., Seran, L., & Nau, G. W. (2023). Studi Etnofarmakognosi Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat Untuk Mengobati Penyakit Pada Manusia Di Kelurahan Manutapen Kecamatan Alak Kota Kupang. JBIOEDRA: Jurnal Pendidikan Biologi, 1(3), Yuliana-Tei. https://journal.unwira.ac.id/index.php/JBIOEDRA/article/view/2249/845

DANDANG GENDIS (Clinacanthus nuntas) Read More »

Sirih Cina

Nama Tumbuhan Sirih Cina (Peperomia pellucida (L.) Kunth) Taksonomi Tumbuhan Kingdom     : Plantae Divisi          : Magnoliophyta Kelas           : Magnoliopsida Ordo            : Piperales Famili          : Pipareceae Genus : Peperomie Spesies : Peperomia pellucida (L.) Kunth Definisi Umum Sirih cina (Peperomia pellucida L.) adalah tanaman herbal dari famili Piperaceae yang tumbuh secara liar di lingkungan lembap dan kurang subur, seperti di celah batu, dinding basah, ladang, pekarangan, atau pinggir parit. Tanaman ini memiliki ciri khas daun berbentuk hati dengan ujung runcing dan sering dianggap sebagai gulma, meskipun banyak dimanfaatkan dalam berbagai keperluan tradisional (Permadani et al., 2024). Sirih cina (Peperomia pellucida L.) adalah tanaman herba semusim dari famili Piperaceae yang tumbuh liar di tempat lembap dan teduh, seperti pekarangan rumah, pinggir parit, atau celah bebatuan. Tanaman ini berukuran kecil dengan tinggi sekitar 15–45 cm, batangnya lunak, berair, berwarna hijau transparan, dan mudah patah. Daunnya tipis, licin mengilap, berbentuk hati dengan ujung meruncing, berukuran 1–4 cm panjang dan 1–2 cm lebar. Sirih cina sering dianggap sebagai gulma karena mudah tumbuh dan menyebar, namun memiliki ciri khas bentuk daun yang membuatnya mudah dikenali (Tania, 2024) Kandungan Pada bagian daun sirih cina, kandungan utamanya meliputi alkaloid, polifenol, dan tannin, disertai keberadaan flavonoid dan saponin yang banyak terdapat pada jaringan epidermis dan mesofil. Batangnya juga mengandung polifenol dan alkaloid dalam kadar sedang, serta triterpenoid yang berperan dalam perlindungan struktural tanaman. Sementara itu, bagian akar umumnya memiliki kadar alkaloid dan tannin lebih tinggi dibandingkan bagian lain, dengan tambahan senyawa fenol sederhana (Andriana et al., 2022). Khasiat Daun sirih cina (Peperomia pellucida L. Kunth) memiliki khasiat utama sebagai sumber antioksidan yang berperan dalam menetralisir radikal bebas, sehingga dapat membantu mencegah dan mengobati berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, kanker, dan aterosklerosis. Khasiat ini berasal dari kandungan senyawa metabolit sekundernya, antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan steroid, yang terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Flavonoid berperan sebagai penangkap radikal bebas melalui gugus fenolnya, sementara saponin dan tannin juga turut memberikan efek perlindungan terhadap kerusakan sel akibat oksidasi (Anggreni et al., 2022). Cara Pengolahan Pengolahan sirih cina (Peperomia pellucida L. Kunth) untuk pengobatan umumnya dilakukan melalui dua metode, yaitu secara oral dan pemakaian luar. Untuk penggunaan oral, bagian daun yang masih segar terlebih dahulu dicuci bersih guna menghilangkan kotoran dan mikroorganisme yang menempel, kemudian direbus dalam air bersih selama kurang lebih 15 menit hingga air rebusan berubah warna menjadi kehijauan. Air hasil rebusan ini disaring dan diminum sebagai ramuan herbal. Sementara itu, untuk pemakaian luar, daun sirih cina segar dicuci bersih lalu ditumbuk hingga halus, kemudian ditempelkan atau dibalurkan langsung pada bagian tubuh yang mengalami keluhan seperti bengkak, nyeri, atau peradangan. Kedua metode ini diyakini mampu mengeluarkan senyawa aktif dalam sirih cina sehingga khasiat antiinflamasi, pereda nyeri, dan penyembuhan luka dapat dimanfaatkan secara optimal (Fauzian dan Arianti, 2023). Daftar Pustaka Andriani, L., Monica, T., & Lubis, N. I. (2022). Pemanfaatan Tanaman Herbal (Sirih Cina, Jahe, dan Kayu Manis) Melalui Kegiatan KKN di RT 03 Kelurahan Suka Karya Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi. Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia, 2(2), 465-472.  https://doi.org/10.54082/jamsi.180 Anggreni, N. P. P. C., Yanti, N. P. R. D., Pratiwi, K. A. P., & Udayani, N. N. W. (2023). Uji Aktivitas Antioksidan Gummy Candy Ekstrak Daun Sirih Cina (Peperomia pellucida L. Kunth) dengan Metode DPPH. Indonesian Journal of Pharmaceutical Education, 3(3).  https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/ijpe/article/view/22117 Fauziah, S., & Arianti, V. (2023). Tingkat Pengetahuan Manfaat Tanaman Sirih Cina (Paperomia pellucida L. kunth) Sebagai Antiinflamasi Di Salah Satu Wilayah Kelurahan Cakung Barat. Indonesian Journal of Health Science, 3(2), 348-354. https://doi.org/10.54957/ijhs.v3i2a.479 Permadani, A., Nikmah, H., Halimatussakdiah, H., Mastura, M., & Amna, U. (2024). Skrining Fitokimia Daun Sirih Cina (Peperomia pellucida L.) dari Kecamatan Bireun Bayeun, Aceh Timur. QUIMICA: Jurnal Kimia Sains dan Terapan, 6(1), 6-12  https://doi.org/10.33059/jq.v6i1.10259 Tania, N. L. (2024). Formulasi Facial Wash Ekstrak Etanol Herba Sirih Cina (Peperomia pellucida L. Kunth) (Doctoral dissertation, POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG). https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/pj/article/view/4870

Sirih Cina Read More »

Temu Kunci (Boesenbergia Rotunda)

Nama Latin Boesenbergia rotunda Taksonomi Kingdom (Kerajaan) : Plantae Subkingdom: Tracheobionta  Divisi (Divisio): Magnoliophyta Kelas (Classis): Liliopsida Subkelas (Subclassis): Zingiberidae Ordo (Ordo): Zingiberidae Famili (Familia): Boesenbergia Genus: Boesenbergia Spesies: Boesenbergia rotunda (L) Mansf.  Definisi Umum Temu kunci adalah tanaman herbal dari suku Zingiberaceae (jahe-jahean) yang rimpangnya sering digunakan sebagai bumbu masak dan obat tradisional. Tanaman ini memiliki aroma khas dan rasa sedikit pedas serta pahit. Kandungan Mengandung minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, kurkumin, dan senyawa aktif seperti pinostrobin, panduratin A, serta boesenbergin. Khasiat Temu kunci (Boesenbergia rotunda) termasuk ke dalam famili Zingiberaceae dan merupakan salah satu tanaman yang telah digunakan sebagai rempah dan obat herbal secara turun-temurun. Sastrahidayat (2016) menyatakan bahwa temu kunci memiliki berbagai macam khasiat antara lain sebagai rempah bumbu masak, obat batuk, peluruh dahak, penambah nafsu makan, mengatasi gangguan pencernaan, dan obat sariawan. Berdasarkan penelitian Baharudin et al. (2015) dilaporkan bahwa terdapat 18 senyawa aktif kelompok minyak esensial yang terkandung dalam rimpang temu kunci yang berpotensi sebagai antibakteri. Dalam penelitiannya, Baharudin et al. (2015) membuktikan bahwa kandungan minyak esensial dari temu kunci dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, B. cereus, E. coli. Beberapa penelitian secara in vitro membuktikan bahwa B. rotunda memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus (Sopitthummakhun et al., 2021), Streptococcus mutans (Handayani et al., 2018), dan Enterococcus faecalis (Ridzali, 2018). Mekanisme kerja minyak esensial sebagai antibakteri yaitu dengan mengubah permeabilitas dan mengubah toleransi garam sel. Hal ini dibuktikan pada sel E. coli yang terpapar minyak esensial 0,22% mengalami kebocoran senyawa anorganik (ion kalium dan kalsium) dan senyawa organik (asam nukleat dan protein) (Chahyadi et al., 2014). Minyak esensial dapat menyebabkan apotosis sel dan terganggunya pembentukan dinding dan membran sel (Chen et al., 2020). Cara Pengolahan DAFTAR PUSTAKA  Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Farmakope Herbal Indonesia (Edisi I). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Hariana, A. (2006). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya. Dalimartha, S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (Jilid 1). Jakarta: Trubus Agriwidya. Winarto, W. P., & Surbakti, D. (2003). Tanaman Obat untuk Mengatasi Berbagai Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka. Nurjanah, N., & Riyanto, R. (2020). Aktivitas antibakteri ekstrak rimpang Boesenbergia rotunda. Jurnal Biologi Indonesia, 16(1), 45–52.

Temu Kunci (Boesenbergia Rotunda) Read More »

Scroll to Top