November 2025

MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)

Nama Latin Morinda citrifolia L. Taksonomi Kingdom : Plantae  Subkingdom : Viridiplantae  Superdivision : Embryophyta  Divison : Magnoliophyta  Subdivision : Spermatophytina  Class : Magnoliopsida  Superorder : Asteranae  Order : Gentianales  Family : Rubiaceae  Genus : Morinda  Species : Morinda citrifolia L. NCBI (2019) Definisi Umum Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan tanaman obat yang cukup dikenal oleh masyarakat di Indonesia, mengkudu tergolong tanaman tropis yang evergreen, artinya selalu memiliki daun sepanjang tahun. Buahnya tidak mengenal musim. Mengkudu adalah pohon yang banyak manfaatnya, buahnya berwarna putih keruh berbentuk bulat sampai bulat telur, permukaannya berbenjol-benjol, berbiji banyak, daging buahnya yang masak lunak dan banyak mengandung air, rasanya agak masam, digunakan sebagai obat peluruh kencing dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi, daunnya digunakan sebagai obat sakit perut, akar dan kulit batangnya mengandung zat warna merah yang dalam pembatikan.Buah mengkudu dapat digunakan sebagai obat untuk penyembuhan penyakit darah tinggi, edema, sembelit, dan perut kembung. Buah yang masak dapat digunakan untuk radang tenggorokan dan penderita narkotika  (Sitorus et al., 2021). Buah mengkudu memiliki tangkai, berbentuk lonjong, dengan buahnya yang majemuk, panjangnya 5 hingga 10 cm, permukaannya tidak halus, dan berwarna hijau. Buah yang sudah matang berair dan berdaging, berwarna kuning muda atau kuning gelap, memiliki aroma yang kurang sedap, dan banyak mengandung biji berwarna hitam, sedangkan buah yang muda berwarna hijau tua dan keras (Nirawati, 2016). Kandungan Buah mengkudu memiliki kandungan senyawa saponin, flavonoid, antrakuinon, triterpenoid alkaloid, dan saponin (Mudaliana et al., 2019), serta tanin (Sitorus et al., 2021). Khasiat Buah, biji, kulit, daun, dan bunga tanaman mengkudu mengandung mineral seperti kalium, zat besi, garam, dan kalsium serta vitamin A, C, tiamin, niasin, dan riboflavin (Abou Assi et al., 2017; Garnida & Hasnelly, 2018). Oleh sebab itu, buah mengkudu dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan bagi manusia, termasuk adanya berbagai bahan kimia yang mencakup sebagai antibakteri (Juariah et al., 2021), analgesik, hipotensi (Nagalingam et al., 2013), antivirus (Khoirunnisa & Sumiwi, 2019), antijamur, antitumor (Abou Assi et al., 2017), anti inflamasi dan antibiotik (Kaleem & Ahmad, 2018) serta sebagai pengobatan tradisional obat AIDS, radang sendi, batuk, diare, diabetes (Ali et al., 2016) dan antihipertensi (Sitorus et al., 2021) (Landari 2023 et al., 2023). Senyawa flavonoid rutin, luteolin dan quercetin dapat  menghambat aktivitas ACE serta aktivitas glutathione peroxidase dan Nitric Oxide (NO) meningkat pada sel endotel, yang berperan dalam sistem kardiovaskular, sehingga pembuluh darah mengalami relaksasi dan tekanan darah menjadi normal (Wigati et al., 2017).  Cara Pengolahan Walaupun memiliki beribu khasiat, hanya sebagian kecil dari masyarakat yang memanfaatkan mengkudu. Penyebab kurangnya peminat mengkudu secara langsung adalah dikarenakan bau mengkudu yang tidak sedap. Asam decanoic dan asam dekanoat dalam buah mengkudu menyebabkan bau busuk dan tajam menyengat, terutama pada buah matang. Oleh karenanya diperlukan teknologi pengolahan buah mengkudu baik menjadi produk antara ataupun produk pangan jadi (Kurniati et al., 2018) Gunakan buah mengkudu kering yang sudah diiris-iris tipis. Ambil 3-4 iris buah kering. Rebus atau seduh dengan air mendidih selama ± 10-11 menit (Wang et al., 2021). Buah mengkudu dimaserasi dengan merendam simplisia kedalam pelarut etanol 96%, sampai terendam seluruhnya selama ±24 jam, kemudian disaring dengan kertas penyaring. Residu kembali dimaserasi lagi dengan cara yang sama, sampai 3 kali. Ekstrak hasil maserasi atau filtrat yang dihasilkan, ditampung menjadi satu dan diuapkan, untuk memisahkan pelarutnya. Penguapan dilakukan dengan menggunakan alat Rotary evaporator pada suhu 50°C, sampai pelarut habis menguap, sehingga didapatkan ekstrak kental buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) (Rohaya et al., 2023) Buah mengkudu matang dicuci bersih dan dipotong kecill. Hancurkan dengan blender tanpa menambahkan air. Diamkan hasil perasan dalam wadah tertutup selama 2–3 hari untuk fermentasi alami. Saring cairan yang dihasilkan dan simpan dalam botol bersih di tempat sejuk (Abou Assi et al., 2017). Buah mengkudu matang dicuci, dipotong kecil. Keringkan di oven suhu 40–50°C sampai kadar air rendah. Giling menjadi serbuk halus (simplisia kering). Serbuk ini dapat digunakan sebagai bahan baku sediaan herbal (teh, kapsul, atau ekstrak) (Garnida, Y., & Hasnelly, H. (2018). DAFTAR PUSTAKA Abou Assi, R., Darwis, Y., Abdulbaqi, I. M., Vuanghao, L., & Laghari, M. H. (2017). Morinda citrifolia (Noni): A comprehensive review on its industrial uses, pharmacological activities, and clinical trials. Arabian Journal of Chemistry, 10(5), 691–707. Garnida, Y., & Hasnelly, H. (2018). Pengembangan Simplisia dan Ekstrak Kering Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) sebagai Bahan Obat Herbal. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia, 6(1), 45–53. Kurniati, D. (2018). Teknologi budidaya dan pengolahan buah mengkudu kaya antioksidan sebagai alternatif sumber pangan fungsional. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(7), 519-521.  Landari, I. G. A. D., I Gusti, A. W. K., Ni, W. N. (2023). Profil Senyawa Flavonoid Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan Berbagai Metode Pengeringan. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, Vol. 27 (1) : 7-16. Mudaliana, S., Retno, I., Febriyana, R. H., (2019). Perbandingan Sediaan Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L.) Segar Dan Hasil Fermentasi. 17 – 22. Nirawati, Cut. 2016. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun dan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Sebagai Penunjang Praktikum Mata Kuliah Mikrobiologi. Skripsi. Rohaya, A., & Lolok, N. (2023). Uji Aktivitas Antihiperlipidemia Glikosida Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L.) Pada Hewan Uji Mencit (Mus Muscullus). Jurnal Pharmacia Mandala Waluya, 2(1), 36-42. Sitorus, P., Suharyanisa, S., Chandra, D., & Sitanggang, B. (2021). Karakterisasi dan Skrining Fitokimia serta Analisis Flavonoid dari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L) secara Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Farmanesia, 8(2), 77–81. https://doi.org/10.51544/jf.v8i2.2793  Wang Q, Yang F, Jia D, Wu T. Polysaccharides and polyphenol in dried Morinda citrifolia fruit tea after different processing conditions: Optimization analysis using response surface methodology. PeerJ. 2021 May 26;9:e11507. PMID: 34123597; PMCID: PMC8164410. doi : 10.7717/peerj.11507  Wigati, D., Anwar, K., Sudarsono, & Nugroho, A. E. (2017). Hypotensive Activity of Ethanolic Extracts of Morinda citrifolia L. Leaves and Fruit in Dexamethasone-Induced Hypertensive Rat. Journal of Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 22(1), 107–113. https://doi.org/10.1177/2156587216653660 

MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) Read More »

BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris)

Nama Latin Bambusa vulgaris Taksonomi Kingdom      : Plantae Divisi           : Spermatophyta Kelas           : Monocotyledonae Ordo            : Poales Famili           : Gramineae Genus           : Bambusa Spesies         : Bambusa vulgaris (Sarmila et al., 2022) Definisi Umum Bambu kuning merupakan spesies asli yang berasal dari Kamboja, China, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Kini, bambu kuning sudah menyebar dan dibudidayakan di berbagai negara, seperti Bangladesh, Brazil, Kolombia, Costa Rica, India, Indonesia, Mexico, Papua Nugini, Vanuatu, dan Venezuela. Bambu kuning dapat tumbuh di tempat dengan ketinggian 100 – 1.500 mdpl. Tanaman ini dapat tumbuh tinggi hingga 16 m atau lebih, membentuk rumpun berkayu, dan mampu membuat percabangan yang menjalar. Batang muda bambu kuning biasanya memiliki panjang 15 – 30 cm dan dapat dikonsumsi oleh manusia. Batang bambu kuning dewasa memiliki diameter 10 – 12 cm, berwarna hijau cerah atau kuning. Daun bambu kuning berbentuk lanset, runcing, panjang helai daun 10 – 25 cm dengan lebar 1 – 3 cm. Jumlah helai daun pada tiap rumpun berkisar antara 8 – 9 helai daun. Bambu kuning merupakan tanaman yang jarang berbunga. Bunga bambu kuning tersusun atas bulir-bulir kecil (spikelet) dengan panjang 15 – 20 mm dan tersusun atas 6 – 10 bunga. Bambu kuning dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, pakan ternak, bahan bakar, industri kayu, dan obat-obatan (Kew). Khasiat Bambu kuning terdeteksi positif senyawa saponin, flavon dan tannin. Saponin bermanfaat sebagai peptisida, insektisida, moluskasida, fungisida dan penggunaan pada industri untuk foaming. Ekstrak daun Bambusa vulgaris memiliki efek hepatoprotektor dan pemulihan fungsi ginjal. Ekstrak daun B. vulgaris berpotensi menjadi produk antimalaria alami yang menjanjikan tanpa efek samping pada penggunaan, terutama bila diberikan dalam kisaran dosis 100 – 200 mg/kg berat badan. Tanin digunakan sebagai astringen, melawan diare, sebagai diuretik, melawan lambung dan tumor duodenum, dan sebagai antiinflamasi, antiseptik, antioksidan dan hemostatik obat-obatan (Sujarwanta & Zen, 2021). Flavonoid pada bambu kuning dapat digunakan sebagai antibakteri yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa yang merupakan sebuah bakteri penyebab infeksi yang salah satunya adalah infeksi saluran kemih. Nanopartikel emas ekstrak daun bambu kuning memiliki daya hambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa sebesar 0,907 cm (Prasetya et al., 2020). Selain itu, ekstrak etanol daun bambu Bambusa vulgaris juga memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri Salmonella typhi (Ulfa  et al., 2015). Cara Pengolahan Proses pembuatan tepung rebung adalah mengambil rebung yang sudah difermentasi, kemudian rebung dikeringkan dengan cara dijemur atau dioven dengan suhu 60 ̊C selama ± 14 jam hingga kering (rebung mudah dipatahkan). Lalu rebung digiling atau diblender hingga halus dan kemudian diayak menggunakan ayakan 60 mesh (Prabasini et al., 2013). Rebung berpotensi menjadi produk olahan tepung yang mengandung serat tinggi. Dengan kandungan serat yang tinggi, tepung rebung dapat berfungsi sebagai makanan fungsional. Namun kandungan serat yang tinggi menyulitkan rebung untuk dibuat menjadi tepung secara langsung. Untuk itu, rebung perlu diberi perlakuan pendahuluan. Perlakuan pendahuluan ada beberapa macam, seperti blansing, fermentasi pikel dan perendaman dengan Na- Metabisulfit, fermentasi alami atau spontan. Perlakuan pendahuluan yang digunakan dalam pengolahan rebung menjadi tepung adalah fermentasi alami atau spontan karena perlakuan tersebut tidak menggunakan bahan kimia (Rachmadi, 2011). DAFTAR PUSTAKA Prabasini H, Ishartani D, Rahadian D. 2013. Kajian sifat kimia dan fisik tepung labu kuning (Cucurbita moschata) dengan perlakuan blanching dan perendaman natrium metabisulfite (Na2S2O5). Jurnal Teknosains Pangan 2(2): 93-102. Prasetya A, A., Prima A. P., Amalia, H., dan Yandi S., 2020. Biosintesis Nano Herbal Ekstrak Daun Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Pengobatan Infeksi Saluran Kemih. Jurnal Mahasiswa Khazanah Vol. 11(1) Hal: 1-6. Universitas Islam Indonesia. Rachmadi, 2011. Gangguan Ginjal Akut. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung.  Sarmila, Nirawati, & Nuriman, A. (2022). Eksplorasi Jenis Bambu (Bambusa, Sp.) Berdasarkan Ciri Morfologi Kabupaten Maros. Jurnal Eboni, 4(1), 9–15. Sujarwanta, A., & Zen, S. (2020). Identifikasi Jenis dan Potensi Bambu (Bambusa sp.) sebagai Senyawa Antimalaria. BIOEDUKASI, 11(2), 131-151. Ulfa, M., Apridamayanti, P., & Sari, R. (2015). Penentuan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Bambu (Bambusa vulgaris) terhadap Bakteri Salmonella typhi Secara In Vitro. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 3(1).

BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) Read More »

TEMU HITAM ( Curcuma Aeruginosa )

Nama Latin Curcume aeruginosa Roxb Taksonomi Kingdom     : Plantae Divisi          : Tracheophyta Kelas           : Liliopsida Ordo            : Zingiberales Famili          : Zingiberaceae Genus          : Curcuma Spesies        : Curcume Aeruginosa Roxb  Definisi Umum Temu hitam memiliki nama lokal temu erang (Sumatra), koneng hideung (Jawa Barat), temu ireng (Jawa Tengah dan Jawa Timur), temu ireng (Madura), dan temu lotong (Sulawesi dan Nusa Tenggara). Tanaman ini sudah dikenal dan dibudidayakan secara besar-besaran di negara Asia lainnya seperti Malaysia, Kamboja, dan Myanmar. Di Indonesia rimpang temu hitam telah digunakan sebagai bahan baku jamu gendong dengan nama ramuan cabe puyang . Temu hitam atau dalam bahasa latin disebut Curcuma aeruginosa Roxb. Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) adalah salah satu rempah asli Indonesia Yang biasa digunakan sebagai bahan campuran obat atau jamu. Rimpang temu hitam merupakan salah satu keluarga dari Zingiberaceae. Tanaman ini secara empiris tumbuh pada ketinggian 1.150 m di atas permukaan laut, tumbuh baik pada tanah subur yang terairi baik (Kemenkes RI, 2011). Salah satu manfaat dari rimpang temu hitam yang sudah diteliti sebelumnya yaitu sebagai obat demam berdarah (Moektiwardoyo et al., 2012). Temu hitam adalah terna yang tingginya dapat mencapai 2 m. Batangnya semu, dan tersusun atas kumpulan pelepah daun yang basah dan berwarna hijau. Daunnya berwarna merah lembayung kecoklatan yang berwarna lebih gelap pada sepanjang tulang daunnya. Daunnya tunggal, panjang, dan terdiri atas 2-9 helai. Helaiannya berbentuk bundar memanjang sampai lanset, ujung dan pangkalnya runcing, berwarna hijau tua pada kiri-kanan tulang daun. Panjang daun 31–84 cm, dengan lebar 10–18 cm. Kandungan Temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) termasuk ke dalam famili Zingiberaceae yang mengandung beberapa senyawa, seperti minyak atsiri, tanin, curikumol, kurkumenol, isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumolactone, germakron, dan curcumin. a, ß, g-elemene, linderazulene, demethyoxy kurkumin, bisdemethoxy kurkumin dan zat pembawa rasa pahit. Kurkumin merupakan senyawa yang peka terhadap lingkungan terutama karena pengaruh ph dan suhu, cahaya serta radikal-radikal. Senyawa turunan kurkumin disebut kurkuminoid, yang hanya terdapat dua macam, yaitu desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. Sebagai penambah nafsu makan, kurkumin memperbaiki kelainan pada kantong empedu dengan memperlancar pengeluaran cairan empedu dan pankreas dan sebagai hepatotoksik, sehingga terjadi peningkatan aktifitas pencernaan, serta berkemampuan merangsang perjalanan sistem hormone metabolisme dan fisiologi tubuh, Sebagai skrining awal untuk mendeteksi kemampuan ekstrak rimpang temu hitam sebagai antikanker maka dilakukan uji toksisitas. Toksisitas diartikan sebagai potensi dari suatu senyawa kimia untuk dapat menyebabkan kerusakan ketika senyawa tersebut masuk ke dalam tubuh manusia (Zulfiah et al., 2020).  Khasiat Temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) memiliki rasa pahit. Tumbuhan ini memiliki khasiat sebagai penambah nafsu makan, dikarenakan dalam temu hitam mengandung minyak atsiri yang berpotensi menurunkan lemak, sehingga dapat menambah nafsu makan (Adiant dkk, 2020). Selain itu, kandungan kurkumin yang terdapat di temu hitam dapat menyebabkan relaksasi usus di saluran cerna, sehingga membantu mencerna makanan dan menyerap bahan makanan dengan cara meningkatkan kinerja lambung yang menyebabkan lambung terasa kosong, kemudian akan mengirimkan sinyal ke otak yang berdampak terhadap peningkatan atau menimbulkan rasa lapar, serta Herbal Rimpang  temu  ireng  (Curcuma  aeruginosa)  memiliki  kandungan antioksidan yang tinggi, membantu menurunkan tekanan darah dengan mencegah penumpukan Reactive  Oxygen  Species(ROS),  yang  merupakan  faktor  penyebab  hipertensi (Sari  & Supratman, 2022).  Cara Pengolahan   Olahan temu hitam meliputi jamu herbal yang diminum langsung, teh bubuk temu hitam yang diseduh dengan air hangat, serta racikan obat oles untuk penyakit kulit seperti ruam dan kudis dengan tambahan minyak kelapa. temu hitam juga dapat digunakan sebagai bumbu alami dalam masakan. Kunyit hitam sebanyak 9 gram dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang masih tertinggal pada tanaman yang kemudian dilakukan pengovenan pada suhu 50°C selama 24 jam yang bertujuan untuk mengurangi kadar air tanaman hingga kurang dari 10% untuk terhindar dari pertumbuhan jamur. temu hitam yang telah dikeringkan, digiling dan diayak. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan masakan dan jamu temu hitam. DAFTAR PUSTAKA  Adiant, M., Pramesti Ella, R. dan Puruhito Frederik, E. (2020). Combination therapy of massage and temu ireng. Journal of Vocational Health Studies, 4(1):1–4. https://e-journal.unair.ac.id/JVHS/article/view/21086.  Kementrian Kesehatan RI. (2011).100 Top Tanaman Obat Indonesia. Balai Besar Litbang: Kementrian Kesehatan RI Moektiwardoyo, M., Tjitraresmi, A., Susilawati, Y., Iskandar, Y., Halimah, E. & Zahrianti,D. (2012).The Potential of Dewa Leaves (Gymura pseudochina (L) D.C) and Temu Ireng Rhizomes (Curcuma aeruginosa Roxb.) as Medicinal Herbs for Dengue Fever Treatment, Procedia Chemistry.3 (2): 134- 141. https://doi.org/10.1016/j.proche.2014.12.017 Sari,  A.  P.,  &  Supratman,  U.  (2022).  Phytochemistry  and  Biological  Activities  of  Curcuma aeruginosa (Roxb.). Indonesian Journal of Chemistry, 22(2), 576–598. https://doi.org/10.22146/ijc.70101 Setiadi, A., Khumaida, N., Ardie, W., & Sintho, D. 2017. Keragaman Beberapa Aksesi Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) Berdasarkan Karakter Morfologi. Indonesian Journal of Agronomy, 45 (1): 71–78. https://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/view/13773.  Juhadi & Fathoni. (2024). Pengaruh Pemberian Rimpang Temu Ireng (Curcuma Aeruginosa) Terhadap Tekanan Darah Hipertensi, Jurnal Kesehatan Tropis Indonesia. vol. 2 (1). https://journal.larpainstitute.com/index.php/jkti/article/view/86/56.  Zulfiah, Megawati, Herman, Lau, S. H. A, Hasyim, M. F, Murniati, Roosevelt, A, Kadang, Y, Izza, N, Patandung, G. (2020). uji Toksisitas Ekstrak Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) Terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Jurnal Farmasi Sandi Karsa, 6(1), 44–49. DOI: 10.36060/jfs.v6i1.67. 

TEMU HITAM ( Curcuma Aeruginosa ) Read More »

Alpukat (Persea gratissima)

Nama latin Persea gratissima Taksonomi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Persea Spesies : Persea gratissima (Hartati et al., 2022) Definisi Umum  Alpukat (Persea Gratissima) tumbuh subur di daerah sub tropis maupun tropis seperti Indonesia. Tanaman alpukat seringt dikonsumsi dalam bentuk buah, bagian daun dan biji alpukat juga memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan. Tanaman alpukat tumbuh tegak dengan tinggi 9–18 m dengan diameter batang berkisar antara 30 hingga 60 cm. Bentuk daunnya bisa bermacam-macam, antara lain lanset, elips, lonjong, bulat telur, atau lonjong dan bisa berselang-seling. Warna daun hijau tua, mengkilap di permukaan atas, dan keputihan di bagian bawah. Panjang daun berkisar antara 7,5–40 cm dan bentuk buah seperti buah pir, sering berleher, lonjong atau hampir bulat dengan panjang 7,5–33 cm dan lebarnya bisa mencapai 15 cm. Kulit buahnya berwarna kuning kehijauan, hijau tua, ungu kemerahan atau ungu sangat tua hingga hampir hitam. Ketebalan kulit mencapai 6 mm, lentur atau berbutir dan rapuh. Secara umum, daging buah alpukat seluruhnya berwarna pucat hingga kuning pekat. Buah alpukat berbiji tunggal, berbentuk pipih, bulat, kerucut atau bulat telur, keras, berwarna gading, dengan panjang 5–6,4 cm, dilapisi oleh kulit berwarna coklat, tipis, sering menempel pada rongga daging (Sebayang et al., 2024). Kandungan Alpukat diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder seperti saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, dan sterol yang berfungsi sebagai antioksian. juga memiliki kandungan nutrisi, antara lain yaitu lemak, mineral (kalsium, magnesium, potassium, fosfor), vitamin C, E, K, dan B kompleks seperti piridoksin, riboflavin, niasin, biotin, dan tiamin. Senyawa bioaktif utama yang terkandung dalam daging buah alpukat dan limbahnya (kulit, biji, dan daun) adalah polifenol diikuti oleh karotenoid, tokoferol, dan sterol. Pada daging buah, kulit, biji, dan daun banyak mengandung polifenol, sedangkan karotenoid dan tokoferol terutama terdapat pada daging buah alpukat. Senyawa bioaktif tersebut mendapatkan perhatian besar karena potensinya untuk mencegah dan mengendalikan berbagai penyakit. Dari penelitian-penelitian terdahulu telah banyak diuji manfaat ekstrak daging buah, biji, daun dan kulit dalam bidang kesehatan, diantaranya yaitu memiliki aktivitas sebagai antikanker, antihiperglikemik, antibakteri, antihipertensi, anti kejang, antiinflamasi, analgesik, dan batu ginjal. Oleh karena itu, ampas dan limbah alpukat merupakan sumber senyawa bioaktif potensial yang cocok untuk aplikasi makanan atau nutraceutical (Sebayang et al., 2024). Khasiat Secara garis besar alpukat memiliki beberapa manfaat yaitu menjaga berat badan, memelihara kesehatan jantung, menjaga kesehatan mata, mencegah dan mengatasi sembelit, mengontrol tekanan darah, mengurangi risiko terjadinya kanker, mencegah radang sendi, menurunkan risiko gangguan metabolik, dan mencegah cacat lahir pada janin. Buah dan daun alpukat memiliki khasiat untuk menurunkan kadar kolesterol total serta memiliki efek dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan biji alpukat digunakan sebagai obat di Nigeria dalam mengobati orang yang bertekanan darah tinggi. Alpukat banyak digemari selain dagingnya yang enak, alpukat juga bermanfaat pada dunia pengobatan. Buah alpukat kaya akan nutrisi dan juga zat antioksidan. Buah alpukat juga menjadi satu-satunya buah yang mengandung lemak mono-unsaturated. Biji buah alpukat mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder, yaitu alkaloid, triterpenoid, tanin, flavonoid, dan saponin. Pada bidang industri biji buah alpukat digunakan dalam industri pakaian sedangkan untuk pengobatan biji alpukat dapat mengobati sakit gigi, hipertensi, dan diabetes mellitus. Buah alpukat segar mempunyai nilai gizi yang tinggi. Jumlah vitamin A tergantung pada warna buahnya. Daging buah dengan warna kuning lebih banyak vitamin A-nya daripada daging buah yang berwarna pucat (Hartati et al., 2022). Cara Pengolahan Alpukat dapat diolah menjadi beberapa bentuk: Untuk membuat minuman dari biji alpukat, pilihlah biji alpukat yang masih bagus dan dapat digunakan, lalu siapkan jahe dengan perbandingan 2:1. Kupas kulit biji alpukat dan jahe, kemudian cuci hingga bersih, lalu iris tipis keduanya. Setelah itu, siapkan wajan dan peralatan untuk menyangrai, kemudian sangrai biji alpukat dan jahe yang sudah diiris secara merata hingga berwarna hitam dan mengeluarkan aroma kopi. Setelah selesai, diamkan sejenak lalu giling perlahan hingga halus, kemudian saring hasil gilingan sampai diperoleh bubuk halus. Untuk penyajian, masukkan dua sendok makan bubuk olahan biji alpukat ke dalam gelas, tambahkan gula sesuai selera, lalu seduh dengan air mendidih sambil diaduk hingga merata, dan minuman pun siap disajikan serta dinikmati (Pangestu et al., 2022). Daftar Pustaka: Hartati, S., Yunus, A., Nandariyah, E. Y., Pujiasmanto, B., Purwanto, E., Samanhudi, S., … Dirgahayu, P. (2022). Diversifikasi Tanaman Pekarangan Dengan Tanaman Alpukat untuk Meningkatkan Gizi Keluarga. Jurnal SEMAR (Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni bagi Masyarakat), 11(2), 161–166. https://doi.org/10.20961/semar.v11i2.61199.  Pangestu, M. B. A., Rizkyah, S. A., Fidhayanti, A. R., Isnaini, S. A., Roidah, I. S., & Diana, L. (2022). Pengembangan limbah biji alpukat sebagai inovasi produk minuman kesehatan (Studi kasus KWT Mekar Sentosa). KARYA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(3), 87–90. e-ISSN 2798-1827. Diakses dari https://jurnalfkip.samawa-university.ac.id/KARYA_JPM/article/download/167/147 Rustanti, E., Puspita, E., Puspita, S., & Rohmani, S. (2021). Pemanfaatan tanaman herbal daun alpukat dan pemeriksaan kolesterol darah pada lansia. Jurnal Bhakti Civitas Akademika, IV(1). Retrieved from https://e-journal.lppmdianhusada.ac.id/index.php/jbca/article/view/132/125 Sebayang, S., Rayendra, R., Wientarsih, I., & Priosoeryanto, B. P. (2024). Potensi Tanaman Alpukat (Persea americana Mill) dalam Bidang Dermatologi. Jurnal Veteriner dan Biomedis, 2(2), 79–85. https://doi.org/10.29244/Jvetbiomed.2.2.79-85. 

Alpukat (Persea gratissima) Read More »

Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.)

Nama latin Capsicum frutescens L. Taksonomi Kingdom : Plantae Divisi    : Magnoliophyta Kelas     : Magnoliopsida Ordo     : Solanales Famili   : Solanaceace Genus    : Capsicum L. Spesies   : Capsicum frutencens L. (Wisnujati dan Siswati, 2021) Definisi Umum  Cabai rawit (Capsicum frutescens L) merupakan tanaman dari benua Amerika. Tanaman ini sangat cocok ditanam di daerah tropis terutama sekitar garis khatulistiwa. Cabai rawit dapat ditanam di dataran rendah dengan ketinggian 0 – 500 mdpl untuk ketinggian hingga 1000 mdpl masih bisa tumbuh baik untuk lebih dari itu maka produktivitas tanamannya berkurang. Berikut ciri-ciri yang dimiliki buah cabai rawit yang masih muda yaitu memiliki warna putih, kuning, atau hijau muda dan bunganya memiliki warna putih kehijauan. Secara umum, dalam satu ruas ada kuntum bunga, akan tetapi terkadang mempunyai kuntum bunga lebih dari satu pada satu ruas. Pada tangkainya terdapat bunga tegak saat anthesis tetapi bunganya mengarah ke bawah, sedangkan tangkai daunnya pendek. Pada daging buah secara umum bertekstur lunak, dengan terdapat kapsaisin yaitu tingkat kepedasannya atau kadar pedasnya tinggi, sehingga rasa buah cabai rawit terasa pedas (Wisnujati dan Siswati, 2021). Kandungan Cabai rawit atau Capsicum frutescens L. adalah salah satu komoditas sayuran penting yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Cabai rawit mengandung senyawa kapsaisin, karotenoid, asam askorbat, minyak atsiri, resin dan flavonoid (Sofiarani dan Ambarwati, 2020). Khasiat Cabai rawit merupakan tanaman hortikultura dari famili nightshade yang bernilai ekonomis tinggi. Selain itu, cabai rawit merupakan sayuran dan buah yang memiliki banyak manfaat (Febriansyah, dkk., 2024). Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya yaitu sebagai bumbu masak, bahan campuran industri makanan, dan sebagai bahan kosmetik. Buah, bagian batang, daun dan akar cabai dapat digunakan sebagai obat-obatan (Elfi, dkk., 2022). Beberapa penelitian menunjukan bahwa daun cabai rawit (Capsicum frutescens L.) mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi dan antioksidan. Senyawa tersebut diantaranya flavonoid, dan tanin. Daun cabai rawit digunakan secara tradisional untuk pengobatan infeksi pada kulit, disentri dan diare. Khasiat lainnya adalah sebagai antibakteri antiinflamasi, antihistamine dan bahan anti-HIV (Azmi, dkk., 2023). Penelitian tentang efektivitas ekstrak daun cabai rawit sebagai antifungi, bahwa daun cabai rawit mengandung saponin, alkaloid, terpenoid, kuinon dan flavonoid. Senyawa saponin dan flavonoid pada daun cabai rawit memiliki peranan untuk memacu pertumbuhan rambut, (Musdalipah dan Karmilah, 2018). Masyarakat Kabupaten Sikka menggunakan cabai sebagai bumbu dapur, akan tetapi sebagian kecil dari masyarakat di kabupaten Sikka menggunakan tanaman cabai sebagai obat tradisional yang dipercaya mampu menyembuhkan bisul (Elfi, dkk., 2022). Cara Pengolahan Daun Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dapat diolah secara tradisional sebagai obat-obatan alami diantaranya: Daftar Pustaka: Azmi, C., Manik, F., Rahayu, A., Saadah, I. R., Hutabarat, R. B., Barus, S., … & Gaswanto, R. (2023). The potential and the quality of several open pollinated chili varieties seed production. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 1230, No. 1, p. 012186). IOP Publishing. https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/1230/1/012186/meta Elfi, T. N., Bare, Y., & Bunga, Y. N. (2022). Etnobotani Tanaman Capsicum annum L. Di Desa Hale Kecamatan Mapitara Kabupaten Sikka. Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi, 3(2), 28-35. https://doi.org/10.55241/spibio.v3i2.62 Febriansyah, F., Haris, A., & Gani, M. S. (2024). Pola tanam tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dengan kacang panjang (Vigna sinensis L.) terhadap populasi dan intensitas serangan hama. AGrotek MAS Jurnal Indonesia: Jurnal Ilmu Pertanian, 5(1), 91-99.  https://doi.org/10.33096/agrotekmas.v5i1.501 Sofiarani, F. N., dan Ambarwati, E. (2020). Pertumbuhan dan hasil cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada berbagai komposisi media tanam dalam skala pot. Vegetalika, 9(1), 292-304.  https://doi.org/10.22146/veg.44996 Musdalipah, M., & Karmilah, K. (2018). Efektivitas ekstrak daun cabai rawit (Capsicum frutescens L.) sebagai penumbuh rambut terhadap hewan uji kelinci (Oryctolagus cuniculus). Riset Informasi Kesehatan, 7(1), 83-88. https://doi.org/10.30644/rik.v7i1.137 Wisnujati, N. S., dan Siswati, E. (2021). Analisis produksi dan produktivitas cabai rawit (Capsicum frutescens L) di Indonesia. Jurnal Ilmiah Sosio Agribis, 21(1).  http://dx.doi.org/10.30742/jisa21120211345 

Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.) Read More »

Mawar (Rosa Damascena)

Nama Latin Rosa domascena Mill., Taksonomi Kingdom     : Plantae Divisi          : Magnoliophyta Kelas            : Magnoliopsida Ordo             : Rosales  Famili           : Rosaceae Genus           : Rosa  Spesies        : Rosa domascena  Definisi Umum Tanaman bunga mawar merah (Rosa damascena) memiliki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap berbagai jenis iklim, sehingga dapat tumbuh di wilayah subtropis atau dingin maupun wilayah beriklim tropis atau panas seperti di Indonesia. Idealnya tanaman ini dibudidaya di daerah Indonesia yang ada di ketinggian 560-1400 mdpl. Menurut data Badan Pusat Statistik (2017), hasil produksi bunga mawar terbanyak ke-2 di Indonesia untuk kategori bunga hias yaitu 184.455.598 tangkaipada tahun 2017, lokasi pesebaran mawar antara lain: Kota Batu Malang, Bogor, Cianjur, Semarang, Pasuruan,dan Mojokerto. Tanaman bunga mawar termasuk jenis koloni belukar dengan tinggi 1-2 meter, batang berkayu dan berduri, daun tanaman ini termasuk jenis daun majemuk yang terdiri dari 5-7 lembar, berbentuk bulat telur dengan bagian tepi bergerigi rapat berukuran 5-7 cm, permukaan daun ditutupi rambut halus. Tanaman ini berbunga cukup banyak dalam 1 periode pertumbuhan dan bersifat soliter, bunga mawar spesies ini umumnya berwarna merah, pink keunguan dengan diameter rata-rata 7 cm dan terdiri dari 22-35 kelopak dalam satu mahkota. Kelopak bunga berukuran 2-3 cm berbentuk bulat lonjong seperti buah pir yang biasanya dilapisi oleh kelenjar tangkai dan rambut halus. Kandungan Ekstrak bunga mawar merah (Rosa damascena) mengandung tannin, geraniol, nerol, citronellol, dan flavonoid yang memiliki efek antibakteri. Flavonoid merupakan agen antibakteri yang melawan berbagai mikroorganisme patogen. Kelopak mawar merah (Rosa damascena) mengandung zat aktif yang terkandung dalam ekstrak mawar merah yang berfungsi sebagai antiseptik dan antifungi diantaranya zat tanin dan sitronellol. Zat tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol. Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai khasiat adstrigensia, antiseptik, antifungi, dan pemberi warna. Mawar merah (Rosa damascena) mengandung muurolene, isomenthone, α- himachalene, linalool, α-pinene, phenethyl alcohol, citronellyl formate, β- citronellol, citronellol asetat, geraniol, geranyl asetat, nerol, n-hexyl asetat, α- myrcene, eugenol, dan neroli alkohol yang dapat berkhasiat sebagai aromaterapi. Khasiat Sebagai antiseptik (limonene membantu penyembuhan luka dan luka bakar pada permukaan kulit), memiliki efek vasokonstriksi pada kapiler, sehingga berguna dalam mengurangi kemerahan yang disebabkan oleh pembesaran pembuluh dan kapiler, dapat menyejukkan kulit yang terluka, membantu membersihkan dan mensterilkan luka ringan dan kulit yang lecet, serta mengurangi edema dan rasa sakit (efek analgesik). Ekstrak kelopak mawar merah mempunyai daya 8 hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak kelopak mawar merah terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans adalah pada konsentrasi 100% dengan luas hambat sebesar 1,65. Cara Pengolahan Tanaman mawar dapat diolah menjadi beberapa sediaan seperti pembuatan sabun padat bunga mawar, pembuatan lilin aromatherapy, pembuatan garam mandi bunga mawar, pembuatan air mawar sebagai toner cleanser, pembuatan hand senitizer bunga mawar.  DAFTAR PUSTAKA Anjarsari, I. R. D., Murgayanti., & Suminar, E. (2022). Pemanfaatan Bunga Mawar untuk Konsumsi di Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, 11(2), 172-175. https://doi.org/10.24198/dharmakarya.v11i2.33491 Komala, O., Utami, N. F., & Rosdiana, S. M. (2020). Efek Aromaterapi Minyak Atsiri Mawar (Rosa damascena MILL.) dan Kulit Jeruk Limau (Citrus amblycarpa) terhadap Jumlah Mikroba Udara Ruangan Berpendingin. Berita Biologi: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati, 19(2), 215-222. https://doi.org/10.14203/beritabiologi.v19i2.3697 Stefani, S. W., Mursyanti, E., Pelatihan Pengolahan Produk dari Bunga  Mawar pada Masyarakat di Kawasan Sapuangin, Merapi, Klaten https://doi.org/10.24002/jai.v3i6.8082

Mawar (Rosa Damascena) Read More »

Buah Naga ( Hylocereus polyrhizus )

Nama latin Hylocereus polyrhizus Taksonomi Kingdom : Plantae Divisi    : Spermatophyta Kelas     : Dicotyledonae Ordo     : Cactales Famili   : Cactaseae Genus    : Hylocereus polyrhizus Spesies   : Hylocereus Polyrhizus Definisi Umum Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus) merupakan buah pitaya berbentuk bulat lonjong seperti nanas yang memiliki sirip warnah kulitnya merah dihiasi sulur atau sisik seperti naga. Buah ini termasuk dalam keluarga kaktus, yang batangnya berbentuk segitiga dan tumbuh memanjat. Batang tanaman ini mempunyai duri pendek dan tidak tajam. Bunganya seperti terompet putih bersih, terdiri atas sejumlah benang sari berwarna kuning. Buah naga ada empat jenis yaitu buah naga daging merah, buah naga daging putih, buah naga super merah dan buah naga daging kuning. Keempat jenis buah naga tersebut mempunyai keunggulan masing-masing dan mempunyai ciri yang berbeda. Daging buah naga merah memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi dibanding jenis buah baga putih. Aktifitas antioksidan pada ekstrak daging buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus) menghasilkan konsentrasi yang cukup tinggi sekitar 75,4%. Daging buah naga merah memiliki banyak kandungan antioksidan salah satunya fenol dan asam askorbat yang memiliki kekuatan untuk menangkap logam sehingga dapat menangkap ion besi penyebab timbulnya penyakit degeneratif (Panjuantiningrum, 2009). Khasiat Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus) mengandung vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3 dan vitamin C, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, tiamin, niasin, pyridoxine, kobalamin, glukosa, fenol, betasianin, polifenol, karoten, fosfor, besi dan flavonoid yang beberapa diantaranya merupakan senyawa antioksidan. Kandungan buah flavonoid dalam buah naga merah dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Selain itu, kandungan isoflavon pada senyawa flavonoid dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung, diabetes ginjal dan osteoporosis (Nuari et al, 2017).  Cara Pengolahan Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus) dapat dibuat dalam bentuk sediaan lotion. Tahap pertama timbang semua bahan dalam pembuatan lotio, yaitu ekstrak kulit buah naga (3%), asam stearat (2,5%), Na CMC (1%), paraffin cair (7%), gliserin (5%), trietanolamin (2%), asam benzoat (0,2%), alkohol (5%), parfum (q.s) dan aquades (ad 100). Lalu panaskan lumpang di atas water bath atau penangas air. tahap kedua masukan fase minyak terlebih dahulu dalam lumpang gerus sampai homogen, lalu tambahkan fase air sedikit demi sedikit gerus cepat ad homogen kemudian setelah itu masukan alkohol sedikit-demi sedikit lalu tambahkan ekstrak kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus) lalu gerus ad homogen. Tahap ketiga tambahkan parfum gerus ad homogen. Keluarkan dari lumpang masukan ke dalam wadah yang telah disediakan (Yanty dan Siska., 2017). Daftar Pustaka: Nuari, S., Anam, S., & Khumaidi, A. (2017). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Ekstrak Etanol Buah Naga. Galenika Journal of Pharmacy, 2(2), 118–125.  Panjuantiningrum, F. (2009). Pengaruh Pemberian Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih yang Diinduksi Aloksan. Yanty, N. Y., dan Siska, A. V. (2017). Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Sebagai Antioksidan dalam Formulasi Sediaan Lotio. Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(2), 166-172.

Buah Naga ( Hylocereus polyrhizus ) Read More »

Kayu Putih (Melaluca Leucadendron)

Nama latin Melaluca Leucadendron Taksonomi Kingdom : Plantae Divisi    : Spermatophyta Kelas     : Dicotyledonae Ordo     : Myrtales Famili   : Myrtaceace Genus    : Melaleuca Spesies   : Melaleuca leucadendron (Manek et al., 2023) Definisi Umum Kayu putih (Melaleuca leucadendron) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang terkenal di Indonesia. Bau minyak kayu putih yang menyegarkan sering digunakan sebagai pewangi maupun obat herbal. Kayu putih memiliki batang tunggal dengan struktur batang simpodial, batang berwarna putih kelabu, kulit batang berlapis-lapis. Batang pohonnya berukuran sedang. Daun kayu putih merupakan daun tunggal, kecil agak tebal, bertangkai pendek, warna hijau, duduk daun berseling, helaian daun berbentuk lonjong, tuang daun sejajar, ujung dan panagkal daun runcing dengan tepi daun rata. Apabila diremas atau dimemarkan mengeluarkan aroma minyak kayu putih. Bunga kayu putih termasuk bunga majemuk bentuknya seperti lonceng berwarna putih dengan kepala putik berwarna putih kekuningan. Buahnya disebut buah kapsul dan berwarna coklat (Manek et al., 2023). Khasiat Kayu Putih (Melaleuca leucadendron) diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder seperti senyawa polifenol, 1,8 sineol,  flavonoid, alkaloid, tanin, dan steroid (Binugraheni et al., 2023). Kayu putih secara tradisional dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan seperti masuk angin, influenza, sakit perut, digigit serangga. Kayu putih jug memiliki sifat sebagai antibakteril dan antiinflamasi (Manek et al., 2023). Cara Pengolahan Kayu Putih (Melaleuca leucadendron) dapat dibuat menjadi balsem kayu putih. Tahap pertama lakukan penimbangan bahan minyak kayu putih sebanyak 30 mL, ekstrak lengkuas 0,5 g, vaseline album 6,95 g, Tahap kedua panaskan vaseline album diatas waterbath dan tunggu hingga melebur. Jika sudah melebur masukan ke dalam lumpang. Tahap selanjutnya masukkan minyak kayu putih dan ekstrak lengkuas aduk hingga homogen. Tahap terakhir semua bahan yang sudah homogen dimasukkan ke dalam pot balsam diamkan hingga memadat kemudian tutup pot balsam (Ardiyansya et al., 2023). Daftar Pustaka: Ardiyansyah, M., Cedric, A., Ardita, S. D., Arifiani, E., Anindya, R., Hermina, P. K., … & Hermina, P. K. (2023). Formulasi dan evaluasi sediaan balsam dari kombinasi minyak kayu putih (Cajuputi Oil) dan Ekstra Lengkuas (Alpinia Galanga L). Indonesian Journal of Health Science, 3(2), 250-256. http://dx.doi.org/10.54957/ijhs.v3i2a.486.  Binugraheni, R., Ifandari, I., Mulyowati, T., Tri Oktafiyani, N., & Khoirunnisaa, T. (2023). Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendra L.). Conference on Innovation in Health, Accounting and Management Sciences (CIHAMS), 2, 25-32. https://doi.org/10.31001/cihams.v2i.71.  Manek, L. M., Purba, M. P., Benu, Y., Wiru, N., Pola, B. D., & Leba, A. S. (2023). Morfologi Kayu Putih (Melaluca Cajuputi Subsp. Cajuputi) Dan Sifat Fisis Serta Rendemen Minyak Dari Dua Lokasi Yang Berbeda Di Kabupaten Timor Tengah Utara. In Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian (Vol. 6, No. 1, pp. 110-118). https://ejurnal.politanikoe.ac.id/index.php/psnp/article/view/259/194. 

Kayu Putih (Melaluca Leucadendron) Read More »

BUNGA SEPATU (Hibiscus Rosa Sinensis)

Nama Latin Hibiscus rosa sinensis Taksonomi Kingdom     : Plantae Divisi          : Magnoliophyta Kelas           : Magnoliopsida Ordo            : Malvales Famili          : Malvaceae Genus          : Hibiscus Spesies        : Hibiscus rosa sinensis. L Definisi Umum Hibiscus rosa-sinensis atau sering disebut dengan bunga kembang sepatu, banyak dijumpai di Indonesia. H. rosa-sinensis sering ditemui dengan variasi warna mahkota bunga yang beragam. Menurut penelitian dari Masnadi et al. (2019), di Hutan Taman Eden 100 yang terdapat di Kawasan Lumbang Rang, Desa Sionggang Utara, Kec. Lumban Julu, Kab. Toba Samosir Sumatera Utara, keanekaragaman dari famili Malvaceae didominasi oleh Hibiscus sp. Tingginya bisa mencapai 10 meter pada daerah subtropik (biasanya 1-2,5 meter). Daunnya agak lebar, tipis, bagian pangkalnya agak meruncing, sedangkan tepi daunnya bergerigi kasar. Selain itu daunnya berwarna hijau bersinar dan bentuknya oval lebar. Bunga kembang sepatu tumbuh sendirian, letaknya pada ketiak daun, dan warnanya bervariasi merah muda sampai merah. Memiliki mahkota daun dengan tangkai benang sari yang banyak dan berwarna merah, 4-6 putiknya terletak di ujung benang sari. Kelopaknya membentuk garis sama panjang dengan mahkota  4. Kandungan  Bagian bunga, daun, dan akar kembang sepatu mengandung flavonoid. Daunnya mengandung saponin dan polifenol, akarnya mengandung tanin, saponin, skopoletin, cleomiscosin A, dan cleomiscosin C. Dan pula bunganya juga mengandung polifenol, yaitu senyawa yang menyebabkan rasa segar. Kembang sepatu dijadikan obat herbal selain tanaman obat keluarga lainnya karena kembang sepatu memiliki kandungan berbagai senyawa, yaitu tanin, alkaloid, flavonoid, taraxeryl acetat, polifenol, saponin, sianidin, glikosida, hibisetin, kuersetin, Caoksalat, dan perxidase. Senyawa inilah yang mampu melawan dan melemahkan organisme penyebab penyakit. (Efendi et al., 2021) Khasiat Kembang sepatu dapat dimanfaatkan untuk kesehatan, diantaranya sebagai pengobatan panas dalam, diabetes melitus, bronkitis, gangguan ginjal, haid tidak teratur, luka, sakit panas, demam, sariawan, batuk, gondok, dan sakit kepala. Olahan dari kembang sepatu dapat juga digunakan untuk menurunkan hipertensi, menurunkan kadar lemak, menurunkan berat badan, membasmi bakteri tubuh sebagai antiseptik serta mengandung senyawa yang dapat mencegah kanker.  Cara Pengolahan   Kembang sepatu dapat diolah menjadi sirup, teh dan pewarna alami,  Cara penyeduhannya yaitu bunga kembang dioven atau dikeringkan kemudian, cukup melarutkan satu sendok teh bunga hibiscus kering ke air mendidih selama tiga sampai lima menit sehingga siap dikonsumsi, sebagai pewarna makanan dengan cara bunga kembang sepatu direbus selama 15 menit dan untuk ekstraksi segar dengan cara diblender dan dapat direndam dengan mie sebagai pewarna makanan. Pembuatan sirup dengan cara panas dilakukan dengan merebus 20 gram bunga kembang sepatu selama 15 sampai 20 menit, kemudian rebusan disaring dan air rebusan diminum setelah dingin. Sedangkan pengolahan bunga kembang sepatu dengan cara dingin adalah dengan melumatkan bunga pada mortar dan di tambahkan setengah gelas air matang kemudian diangin-anginkan selama semalam dan rasa pahit dapat diberikan gula atau madu.  DAFTAR PUSTAKA  Efendi, A., Hasibuan, M., Sihombing, E., & Wulandari, T. (2021). Bunga Kembang Sepatu Dikreasikan Untuk Kesehatan. Seminar Nasional Karya Ilmiah Multidisiplin, 1(1), 129–135. https://journal.unilak.ac.id/index.php/senkim/article/view/7750.  Masnadi M, Manurung N dan Warsodirejo PP, 2019. Keanekaragaman Famili Malvaceae Di Hutan Taman Eden 100 Sebagai Bahan Perangkat Pembelajaran Biologi. BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology), 2(2): 32-41.  https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/best/article/view/1816.  Lestari, 2021. Pemahaman Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinensis L.) Sebagai Tanaman Obat Herbal. National Conference Of Islamic Natural Science Vol 2(1), 194-202 https://proceeding.iainkudus.ac.id/index.php/NCOINS/article/view/346.  Oktiarni, D., Ratnawati, D., & Sari, B. (2013). Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis Linn.) sebagai Pewarna Alami dan Pengawet Alami Pada Mie Basah. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 103–110. https://www.semanticscholar.org/paper/Pemanfaatan-Ekstrak-Bunga-Kembang-Sepatu-(Hibiscus-Oktiarni-Ratnawati/1d86a7f9a565c421dce181b76753349d6a8d04be. Murrukmihadi, M. (2019). Formulasi Sirup Ekstrak Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa-sinensis L.) Varietas Warna Merah Muda dan Uji Aktivitas Mukolitiknya pada Mukus Saluran Pernapasan Sapi secara In Vitro. Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal, Vol. 4(1), pp. 17-22. https://jurnal.ugm.ac.id/majalahfarmaseutik/article/view/24077.  

BUNGA SEPATU (Hibiscus Rosa Sinensis) Read More »

Alang-Alang (Imperata cylindrica)

Nama Latin Imperata cylindrica Taksonomi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Ordo : Poales Kelas : Liliopsida Famili : Poaceace Genus : Imperata Spesies : Imperata cylindrica Definisi Umum Alang-alang merupakan tanaman liar yang terkenal sebagai tanaman pengganggu pertanian akibat dari sifatnya yang mudah tumbuh dan cepat berkembang biak secara terus menerus terutama di tanah yang subur. Tumbuhan ini berkembang biak melalui biji yang mudah terbawa angin, alang-alang juga memperluas koloninya dengan cepat melalui rimpang yang sanggup menembus lapisan tanah secara efisien. Meskipun termasuk dalam kategori tanaman pengganggu pertanian, alang-alang juga termasuk tanaman obat. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, Alang-alang mengandung sejumlah unsur-unsur kimia yang bermanfaat bagi kesehatan. Unsur-unsur ini banyak terdapat pada bagian akar.  (Afriannisa, et al., 2025; Loilatu, et al., 2023). Kandungan Di dalam akar tanaman alang-alang (Imperata cylindrica) memiliki kandungan aktif utama yaitu Alkaloid, Karbohidrat, Fitosferol, Tannin, Saponin, Flafonoid, dan Protein/asam amino (Maryati, et al., 2021). Khasiat (Afriannisa, et al., 2025; Loilatu, et al., 2023; Fatah, et al., 2024) Cara Pengolahan Akar dari tanaman alang-alang dapat diolah menjadi minuman herbal dengan cara sebagai berikut: Daftar Pustaka Afriannisa, A., Azhirakeisha, S. M., Rahma, L. H., & Aisyah, R. (2025). Pemanfaatan Akar Alang-Alang Sebagai Alternatif Herbal Dan Bahan Fungsional Berkelanjutan. Didaktik: Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 11(02), 112-120. https://www.journal.stkipsubang.ac.id/index.php/didaktik/article/view/6085/3696 Loilatu, B., Rumra, M. Y., & Subhan, S. Pemanfaatan Tumbuhan Alang-Alang (Imperata cylindrica L) sebagai Obat Tradisional oleh Masyarakat Desa Selasi Kabupaten Buru Selatan. HORIZON: Indonesian Journal of Multidisciplinary. 2023 Oct 15 [cited 2025 Oct 24]; 1 (2): 117–28. Fatah, A., Damayanti, S. E., Pratiwi, D. S., Taufik, Y., Ghaffar, R. M., Nurkanti, M., & Hasanah, N. (2024). Diversifikasi Produk Akar Alang-Alang, Pakcoy, Daun Stevia Dan Mint Hasil Pertanian Desa Ciputri. Konferensi Nasional Pengabdian Masyarakat (KOPEMAS), 5(1). https://new-conference.unisma.ac.id/index.php/KOPEMAS/article/view/1128/911 Maryati, M., Sulistyowati, E., & Widyaningrum, I. (2021). Efek Antihiperlipidemia Alang-Alang (Imperata cylindrica) Dan Senyawa Aktifnya: Review Sistematik. Jurnal Bio Komplementer Medicine, 8(1). https://jim.unisma.ac.id/index.php/jbm/article/viewFile/13984/10749

Alang-Alang (Imperata cylindrica) Read More »

Scroll to Top