Nama Latin
Bambusa vulgaris
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Gramineae
Genus : Bambusa
Spesies : Bambusa vulgaris
(Sarmila et al., 2022)
Definisi Umum
Bambu kuning merupakan spesies asli yang berasal dari Kamboja, China, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Kini, bambu kuning sudah menyebar dan dibudidayakan di berbagai negara, seperti Bangladesh, Brazil, Kolombia, Costa Rica, India, Indonesia, Mexico, Papua Nugini, Vanuatu, dan Venezuela. Bambu kuning dapat tumbuh di tempat dengan ketinggian 100 – 1.500 mdpl. Tanaman ini dapat tumbuh tinggi hingga 16 m atau lebih, membentuk rumpun berkayu, dan mampu membuat percabangan yang menjalar. Batang muda bambu kuning biasanya memiliki panjang 15 – 30 cm dan dapat dikonsumsi oleh manusia. Batang bambu kuning dewasa memiliki diameter 10 – 12 cm, berwarna hijau cerah atau kuning. Daun bambu kuning berbentuk lanset, runcing, panjang helai daun 10 – 25 cm dengan lebar 1 – 3 cm. Jumlah helai daun pada tiap rumpun berkisar antara 8 – 9 helai daun. Bambu kuning merupakan tanaman yang jarang berbunga. Bunga bambu kuning tersusun atas bulir-bulir kecil (spikelet) dengan panjang 15 – 20 mm dan tersusun atas 6 – 10 bunga. Bambu kuning dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, pakan ternak, bahan bakar, industri kayu, dan obat-obatan (Kew).
Khasiat
| Bambu kuning terdeteksi positif senyawa saponin, flavon dan tannin. Saponin bermanfaat sebagai peptisida, insektisida, moluskasida, fungisida dan penggunaan pada industri untuk foaming. Ekstrak daun Bambusa vulgaris memiliki efek hepatoprotektor dan pemulihan fungsi ginjal. Ekstrak daun B. vulgaris berpotensi menjadi produk antimalaria alami yang menjanjikan tanpa efek samping pada penggunaan, terutama bila diberikan dalam kisaran dosis 100 – 200 mg/kg berat badan. Tanin digunakan sebagai astringen, melawan diare, sebagai diuretik, melawan lambung dan tumor duodenum, dan sebagai antiinflamasi, antiseptik, antioksidan dan hemostatik obat-obatan (Sujarwanta & Zen, 2021). Flavonoid pada bambu kuning dapat digunakan sebagai antibakteri yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa yang merupakan sebuah bakteri penyebab infeksi yang salah satunya adalah infeksi saluran kemih. Nanopartikel emas ekstrak daun bambu kuning memiliki daya hambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa sebesar 0,907 cm (Prasetya et al., 2020). Selain itu, ekstrak etanol daun bambu Bambusa vulgaris juga memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri Salmonella typhi (Ulfa et al., 2015). |
Cara Pengolahan
Proses pembuatan tepung rebung adalah mengambil rebung yang sudah difermentasi, kemudian rebung dikeringkan dengan cara dijemur atau dioven dengan suhu 60 ̊C selama ± 14 jam hingga kering (rebung mudah dipatahkan). Lalu rebung digiling atau diblender hingga halus dan kemudian diayak menggunakan ayakan 60 mesh (Prabasini et al., 2013).
Rebung berpotensi menjadi produk olahan tepung yang mengandung serat tinggi. Dengan kandungan serat yang tinggi, tepung rebung dapat berfungsi sebagai makanan fungsional. Namun kandungan serat yang tinggi menyulitkan rebung untuk dibuat menjadi tepung secara langsung. Untuk itu, rebung perlu diberi perlakuan pendahuluan. Perlakuan pendahuluan ada beberapa macam, seperti blansing, fermentasi pikel dan perendaman dengan Na- Metabisulfit, fermentasi alami atau spontan. Perlakuan pendahuluan yang digunakan dalam pengolahan rebung menjadi tepung adalah fermentasi alami atau spontan karena perlakuan tersebut tidak menggunakan bahan kimia (Rachmadi, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Prabasini H, Ishartani D, Rahadian D. 2013. Kajian sifat kimia dan fisik tepung labu kuning (Cucurbita moschata) dengan perlakuan blanching dan perendaman natrium metabisulfite (Na2S2O5). Jurnal Teknosains Pangan 2(2): 93-102.
Prasetya A, A., Prima A. P., Amalia, H., dan Yandi S., 2020. Biosintesis Nano Herbal Ekstrak Daun Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Pengobatan Infeksi Saluran Kemih. Jurnal Mahasiswa Khazanah Vol. 11(1) Hal: 1-6. Universitas Islam Indonesia.
Rachmadi, 2011. Gangguan Ginjal Akut. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sarmila, Nirawati, & Nuriman, A. (2022). Eksplorasi Jenis Bambu (Bambusa, Sp.) Berdasarkan Ciri Morfologi Kabupaten Maros. Jurnal Eboni, 4(1), 9–15.
Sujarwanta, A., & Zen, S. (2020). Identifikasi Jenis dan Potensi Bambu (Bambusa sp.) sebagai Senyawa Antimalaria. BIOEDUKASI, 11(2), 131-151.
Ulfa, M., Apridamayanti, P., & Sari, R. (2015). Penentuan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Bambu (Bambusa vulgaris) terhadap Bakteri Salmonella typhi Secara In Vitro. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 3(1).

