Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.)

Nama latin

Capsicum frutescens L.

Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi    : Magnoliophyta

Kelas     : Magnoliopsida

Ordo     : Solanales

Famili   : Solanaceace

Genus    : Capsicum L.

Spesies   : Capsicum frutencens L.

(Wisnujati dan Siswati, 2021)

Definisi Umum 

Cabai rawit (Capsicum frutescens L) merupakan tanaman dari benua Amerika. Tanaman ini sangat cocok ditanam di daerah tropis terutama sekitar garis khatulistiwa. Cabai rawit dapat ditanam di dataran rendah dengan ketinggian 0 – 500 mdpl untuk ketinggian hingga 1000 mdpl masih bisa tumbuh baik untuk lebih dari itu maka produktivitas tanamannya berkurang. Berikut ciri-ciri yang dimiliki buah cabai rawit yang masih muda yaitu memiliki warna putih, kuning, atau hijau muda dan bunganya memiliki warna putih kehijauan. Secara umum, dalam satu ruas ada kuntum bunga, akan tetapi terkadang mempunyai kuntum bunga lebih dari satu pada satu ruas. Pada tangkainya terdapat bunga tegak saat anthesis tetapi bunganya mengarah ke bawah, sedangkan tangkai daunnya pendek. Pada daging buah secara umum bertekstur lunak, dengan terdapat kapsaisin yaitu tingkat kepedasannya atau kadar pedasnya tinggi, sehingga rasa buah cabai rawit terasa pedas (Wisnujati dan Siswati, 2021).

Kandungan

Cabai rawit atau Capsicum frutescens L. adalah salah satu komoditas sayuran penting yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Cabai rawit mengandung senyawa kapsaisin, karotenoid, asam askorbat, minyak atsiri, resin dan flavonoid (Sofiarani dan Ambarwati, 2020).

Khasiat

Cabai rawit merupakan tanaman hortikultura dari famili nightshade yang bernilai ekonomis tinggi. Selain itu, cabai rawit merupakan sayuran dan buah yang memiliki banyak manfaat (Febriansyah, dkk., 2024). Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya yaitu sebagai bumbu masak, bahan campuran industri makanan, dan sebagai bahan kosmetik. Buah, bagian batang, daun dan akar cabai dapat digunakan sebagai obat-obatan (Elfi, dkk., 2022).

Beberapa penelitian menunjukan bahwa daun cabai rawit (Capsicum frutescens L.) mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi dan antioksidan. Senyawa tersebut diantaranya flavonoid, dan tanin. Daun cabai rawit digunakan secara tradisional untuk pengobatan infeksi pada kulit, disentri dan diare. Khasiat lainnya adalah sebagai antibakteri antiinflamasi, antihistamine dan bahan anti-HIV (Azmi, dkk., 2023).

Penelitian tentang efektivitas ekstrak daun cabai rawit sebagai antifungi, bahwa daun cabai rawit mengandung saponin, alkaloid, terpenoid, kuinon dan flavonoid. Senyawa saponin dan flavonoid pada daun cabai rawit memiliki peranan untuk memacu pertumbuhan rambut, (Musdalipah dan Karmilah, 2018). Masyarakat Kabupaten Sikka menggunakan cabai sebagai bumbu dapur, akan tetapi sebagian kecil dari masyarakat di kabupaten Sikka menggunakan tanaman cabai sebagai obat tradisional yang dipercaya mampu menyembuhkan bisul (Elfi, dkk., 2022).

Cara Pengolahan

Daun Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dapat diolah secara tradisional sebagai obat-obatan alami diantaranya:

  1. Daun cabai rawit dapat digunakan sebagai salep atau pasta dengan cara menumbuk halus daun cabai segar, kemudian diaplikasikan secara topikal pada area kulit yang mengalami infeksi atau iritasi. Kandungan tanin dan capsaicin pada daun cabai memiliki sifat antiseptik dan antibakteri yang dapat membantu mengatasi infeksi kulit seperti jerawat, bisul, atau infeksi jamur ringan.
  2. Untuk disentri dan diare, daun cabai rawit digunakan dengan cara direbus. Beberapa lembar daun cabai rawit kering direbus dengan air selama 10-15 menit, kemudian air rebusan disaring dan diminum selagi hangat. Cara ini membantu meredakan sakit perut dan diare karena daun cabai mengandung senyawa antimikroba dan anti inflamasi yang melawan bakteri penyebab infeksi usus.
  3. Jus Daun cabai juga dapat diminum sebagai obat tradisional untuk masalah pencernaan, atau dibuat menjadi pasta untuk dioleskan pada perut untuk meredakan nyeri perut.

Daftar Pustaka:

Azmi, C., Manik, F., Rahayu, A., Saadah, I. R., Hutabarat, R. B., Barus, S., … & Gaswanto, R. (2023). The potential and the quality of several open pollinated chili varieties seed production. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 1230, No. 1, p. 012186). IOP Publishing.

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/1230/1/012186/meta

Elfi, T. N., Bare, Y., & Bunga, Y. N. (2022). Etnobotani Tanaman Capsicum annum L. Di Desa Hale Kecamatan Mapitara Kabupaten Sikka. Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi, 3(2), 28-35.

https://doi.org/10.55241/spibio.v3i2.62

Febriansyah, F., Haris, A., & Gani, M. S. (2024). Pola tanam tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dengan kacang panjang (Vigna sinensis L.) terhadap populasi dan intensitas serangan hama. AGrotek MAS Jurnal Indonesia: Jurnal Ilmu Pertanian, 5(1), 91-99. 

https://doi.org/10.33096/agrotekmas.v5i1.501

Sofiarani, F. N., dan Ambarwati, E. (2020). Pertumbuhan dan hasil cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada berbagai komposisi media tanam dalam skala pot. Vegetalika, 9(1), 292-304. 

https://doi.org/10.22146/veg.44996

Musdalipah, M., & Karmilah, K. (2018). Efektivitas ekstrak daun cabai rawit (Capsicum frutescens L.) sebagai penumbuh rambut terhadap hewan uji kelinci (Oryctolagus cuniculus). Riset Informasi Kesehatan, 7(1), 83-88.

https://doi.org/10.30644/rik.v7i1.137

Wisnujati, N. S., dan Siswati, E. (2021). Analisis produksi dan produktivitas cabai rawit (Capsicum frutescens L) di Indonesia. Jurnal Ilmiah Sosio Agribis, 21(1). 

http://dx.doi.org/10.30742/jisa21120211345 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top